Kaki Menempel, Malu Masuk Sekolah

Kaki Menempel, Malu Masuk Sekolah

tengahKisah Korban Kebakaran Saat Usia 8 Bulan BANYUMAS-Hampir 12 tahun menjalani kehidupan dengan kaki menekuk dan tidak bisa berjalan normal akibat terbakar saat usia 8 bulan, Yulianti (13) warga RT 3 RW 6 Desa Pageraji Kecamatan Cilongok, juga tidak pernah sekolah. Meski begitu, dia  terus berusaha semangat dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Bahkan saat dikunjungi Radarmas pada Selasa (5/1), Yulianti terlihat lincah mengerjakan pekerjaan di rumah mulai dari menyapu sampai mengolah nira menjadi gula jawa. Ayah Yulianti, Sunarji (59) menuturkan, awal mula anak ke empat mengalami luka bakar  saat Yulianti berumur 8 bulan. Saat itu, Yulianti sedang tidur di atas tempat tidur yang didekatnya ada sentir atau lampu minyak. Tidak ada yang menunggu, karena ibu kandung sedang mencuci baju di kamar mandi.    "Mungkin bangun tidur membuat meja yang berada di dekat kasur bergoyang, lampu minyak terjatuh menimpa Yulianti yang langsung membakar baju dan tubuh. Beruntung tetangga depan rumah melihat kejadian tersebut sehingga tidak sampai membakar seluruh tubuh,"kisah Sunarji. Namun akibat kebakaran tersebut, sebagian tangan kanan, perut dan kedua kaki anaknya mengalami luka bakar. Bahkan kaki kiri menjadi cacat karena menempel dengan paha yang membuatnya sampai saat ini tidak bisa berjalan normal. "Jadi kalau berjalan bertumpu pada kaki kanan yang juga ikut menekuk atau berjalan dengan lutut. Sampai sekarang dengan kondisi tersebut, anak saya tidak sekolah walaupun baca dan tulis sudah bisa,"ungkapnya. Berbagai usaha sudah dilakukan pihak keluarga. Sunarji mengaku usai kejadian kebakaran anaknya langsung dibawa ke rumah sakit di Purwokerto. Kemudian pada umur dua tahun juga pernah kembali dibawa ke rumah sakit, namun kaki kiri yang menempel dengan paha belum bisa dipisahkan. Karena tidak adanya biaya saat itu, ia membiarkan kondisi anaknya sampai saat ini. "Sudah kami bawa ke Rumah Sakit usai kejadian dulu dan pada umur 2 tahun juga pernah dibawa untuk dioperasi. Tetapi tidak bisa karena masih kecil umur anak saya dan harus menunggu sampai umur 10 tahun. Makanya sampai saat ini masih menempel dan saat ini kami bingung mau seperti apa dan kemana,"ujarnya. Saat ini, dia hanya bisa pasrah baik keadaan fisik sampai tidak sekolah. Dia hanya bisa berharap keadaan kaki anaknya bisa diatasi supaya tidak berjalan dengan lutut. "Kalau pakai krek setidknya bisa jalan-jalan ke luar rumah, bisa berbaur dengan teman-temannya,"harapnya. Sementara itu, LSM Pijar melalui LPAS Widyaningrum mengatakan, setelah dilakukan pengecekan, Yulianti memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS). Pihaknya akan berusaha untuk memfasilitasi pengobatan. (gus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: