SELAMAT JALAN MR. CRACK

SELAMAT JALAN MR. CRACK

fin/radarmas JAKARTA- Putra terbaik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie berpulang sekira pukul 18.00 WIB di RSPAD Gatot Soebroto, Rabu (11/9). Mantan Presiden RI ke-3 yang dikenal sebagai tokoh jenius di bidang penerbangan itu telah menjalani perawatan intensif di rumah sakit sejak 1 September 2019. "Karena sudah menua dan memakan usia. Kemarin saya katakan bahwa gagal jantung yang mengakibatkan penurunan itu, kalau memang organ-organ itu degenerasi melemah, menjadi tidak kuat lagi," tutur Putra BJ Habibie, Thareq Kemal Habibie, dalam pesan singkat yang diterima pada Rabu (11/9) malam. Anak kedua BJ Habibie itu mengatakan, Habibie tutup usia di umur 83 tahun. "Sampai titik terakhir saya masih ada di situ tapi hari ini pada tanggal 11 September 2019 jam 18 lebih lima, presiden RI Ke-3 Bacharuddin Jusuf Habibie, sudah meninggal," imbuh Thareq. Thareq mengapresiasi kinerja dokter yang telah menangani kondisi kesehatan Habibie selama empat hari terakhir. Ia turut memohon doa dari seluruh masyarakat setelah berpulangnya tokoh besar yang pernah menjadi Presiden Republik Indonesia tahun 1998-1999 itu. "Tidak ada yang bisa dibuat apa-apa lagi mohon doanya, terima kasih, mohon pengertian bahwa kami dalam keadaan berduka," tutur Thareq. Sebelumnya, sejak Minggu (8/9) Habibie dirawat secara intensif di RSPAD Gatot Subroto. "Meski sempat dinyatakan membaik, namun kondisinya kembali menurun pada Rabu dan tutup usia pada pukul 18.05 WIB," ungkapnya. Ya, Habibie telah pergi. Indonesia kehilangan satu mantan Presiden yang dikenal genius. Berbagai sumbangsih yang besar telah ia berikan pada teknologi pesawat terbang dunia lewat karya dan penemuannya, salah satunya crack progression theory, alias teori Habibie. Karena teori itu, yang menjadi kontribusi besar darinya di dunia penerbangan, BJ Habibie mendapat julukan Mr Crack. Teori tersebut dipakai untuk memprediksi crack propagation point, atau letak awal retakan pada pesawat, terutama sayap, yang merupakan struktur penyangga, sehingga selalu menahan tekanan, apalagi saat take off (lepas landas), landing (mendarat), dan mengalami turbulensi. BJ Habibie menghasilkan temuan itu saat berusia 32 tahun. Dengan kejeniusannya, pria kelahiran 25 Juni 1936 itu berhasil membuat perhitungan yang sangat detail, sampai ke tingkat atom. Sebelum ditemukan teori tersebut, kecelakaan pesawat sangat sering terjadi lantaran kelelahan (fatigue) material struktur pesawat sulit dideteksi. Para insinyur pun meningkatkan safety factor dengan menambah kekuatan konstruksi, untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk. Padahal, cara tersebut justru membuat pesawat lebih berat, terbang lebih lambat, sulit bermanuver, dan menghabiskan lebih banyak bahan bakar. Dengan teori Habibie, mereka bisa menghitung letak dan besar retakan, sehingga bobot pesawat pun bisa dikurangi. Inilah yang disebut faktor Habibie. Berkat temuan Habibie ini, pesawat di dunia lebih hemat bahan bakar dan standar keamanan pada pesawat ditingkatkan. Risiko kecelakaan pesawat pun berkurang, dan proses perawatannya menjadi lebih mudah dan murah. Kini sang genius itu telah berpulang. Inalilahi wainalilahi rojiun semoga khusnul khotimah. Selamat jalan, Mr Crack, pengorbanan, perjuangan dan pengabdianmu terhadap bangsa ini akan terus dikenang sepanjang massa. (fin/acd)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: