Cegah Kejahatan, Trans Banyumas dilengkapi IoT
Pemantauan dari CCTV Trans Banyumas melalui monitor oleh staff operator-ALWI SAFRUDIN/RADARMAS-
PURWOKERTO, RADARBANYUMAS.CO.ID – Bus Trans Banyumas dilengkapi dengan berbagai alat Internet of Think (IoT) sebagai pengawasan dan antisipasi tindak kejahatan.
Jumlah total Bus Trans Banyumas sebanyak 52 unit, yang beroperasi 47 unit sedangkan 5 unit lainnya sebagai cadangan. Terdapat IoT (Internet of Think) yang dipasang di dalam masing-masing unit bus. 6 unit CCTV terpasang di dalam, luar dam belakang bus. Semua aktivitas penumpang dan pengemudi dapat terpantau.
Direktur PT Banyumas Transportasi, Ipoeng Marsikun, menyampaikan sensor pendeteksi juga terpasang di depan pengemudi. Fungsinya untuk mendeteksi tingkat kelelahan pengemudi selain jg sebagai pengawasan.
"Alat pendeteksi yang terletak di dashboard ini dilengkapi inframerah, bisa mendeteksi apabila driver lelah atau sakit. Akan terkirim kesini. Nanti kita konfirmasi ke driver, apakah sanggup bekerja atau tidak. Apabila tidak sanggup akan digantikan driver lain," kata Ipoeng Marsikun, Rabu (2/10).
BACA JUGA:Sugeng Suparwoto, Perjuangkan Keadilan Sosial di Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan
Di dalam bus juga terdapat alat panic button, apabila ada sesuatu terjadi bisa langsung menekan panic button. Nantinya akan terhubung dengan operator di pool trans Banyumas. Kemudian operator akan menghubungi langsung via aplikasi. Aplikasi ini disebut CSV 7. Aplikasi dibuat khusus karena pengemudi tidak boleh menggunakan hp saat mengemudi. Lalu akan terhubung melalui earphone yang dipakai pengemudi.
"Misalnya apabila ada kendala kerusakan, kita akan kirimkan mekanik untuk perbaikan. Itu ada waktunya, maksimal 30 menit perbaikan. Jika lebih, maka mobil harus ditarik, pihak Trans Banyumas akan kena denda. Dendanya sebesar 200 ribu," jelasnya.
Denda sendiri bentuknya pengurangan tagihan yang dibayar oleh Kementerian Perhubungan.
Bentuk pembayaran tagihan oleh Kemenhub ini didapat dari kilometer layanan setiap hari. Bukan dari jumlah penumpang yang membayar.
"Kita murni berdasarkan kilometer layanan. Uang dari penumpang yang membayar ini masuk ke rekening Kementerian Perhubunga," ungkapnya.
Selain CCTV, sensor dan panic button pengemudi, panic button juga diperuntukkan bagi penumpang apabila terdapat pelecehan seksual, butuh bantuan atau hendak turun.
Selepas kasus pelecehan mahasiswi UMP yang lalu, sampai saat ini Ipoeng mengungkapkan tidak ada kasus lagi.
BACA JUGA:Polresta Banyumas Ungkap Kasus Psikotropika, Amankan 1.077 Butir Obat Dari Seorang Residivis
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: