Melihat Keseruan Ruwat Bumi Desa Kesenet
Ruwat Bumi Desa Kesenet, Kecamatan Banjarmangu, Banjarnegara, Sabtu, 23 Agustus 2025-Pujud Andriastanto/Radar Banyumas-
Antara Tradisi, Kebersamaan, dan Harapan Masa Depan
SUARA gamelan menggema di sudut-sudut Desa Kesenet, Kecamatan Banjarnegara, sejak pagi. Jalan desa dipadati warga yang berjalan beriringan sambil membawa tumpeng, hasil bumi, hingga ogoh-ogoh. Tidak ada yang datang dengan tangan kosong. Semua ikut serta dalam prosesi tahunan yang penuh makna, Ruwat Bumi.
PUJUD ANDRIASTANTO, Banjarnegara
Sebanyak 31 RT di Desa Kesenet kompak menghadirkan persembahan terbaik mereka. Tumpeng-tumpeng besar dengan hiasan sayuran, palawija, dan hasil panen warga, dibawa dengan penuh kebanggaan. Iringan musik tradisional menambah semarak suasana, membuat setiap langkah terasa sakral sekaligus meriah.
Puncaknya adalah penampilan Tari Gugur Gunung. Ratusan warga, tua dan muda, laki-laki maupun perempuan, berbaur tanpa sekat.
Mereka menari dengan gerakan sederhana namun penuh makna, gotong royong, kekompakan, dan kebersamaan. Anak-anak kecil tampak riang ikut menari, sementara orang tua tersenyum melihat generasi muda melestarikan tradisi leluhur.
BACA JUGA:Budaya Masyarakat Agraris Mulai Terlupakan karena Modernisasi Pertanian
“Tradisi ini bukan hanya tentang budaya, tapi juga kebersamaan. Dengan Ruwat Bumi, masyarakat diingatkan untuk selalu bersyukur atas hasil panen, sekaligus menjaga persaudaraan antarwarga,” ujar Kepala Desa Kesenet, Didin.
Lebih jauh, Didin menekankan bahwa acara ini punya dampak ekonomi yang nyata.
“Selain melestarikan budaya, kegiatan ini juga menjadi hiburan masyarakat sekaligus menggerakkan perekonomian lokal. UMKM desa ikut menjajakan dagangan, dan alhamdulillah penjualannya meningkat saat acara berlangsung,” katanya.
Nazila, salah seorang warga, mengaku bangga bisa menjadi bagian dari tradisi ini. Baginya, Ruwat Bumi adalah momen yang ditunggu-tunggu setiap tahun.
BACA JUGA:Sempat Kena Mental dan Cemas, Kini Dapat Dua Emas, Kisah Najib Raih Prestasi di Ajang Peparpeda
“Rasanya bahagia bisa membawa tumpeng, menari bersama warga, dan ikut meramaikan. Harapannya, tradisi ini terus ada dan berkembang, supaya Desa Kesenet semakin makmur dan masyarakatnya sejahtera,” ungkapnya.
Ruwat Bumi bukan sekadar pesta rakyat. Ia adalah wujud rasa syukur, ruang pelestarian budaya, sekaligus jembatan persaudaraan. Dari tumpeng, tari, hingga hasil bumi yang dipersembahkan, semua mencerminkan nilai luhur: kebersamaan dan harapan.
Dan di tengah gemerlapnya zaman modern, Desa Kesenet memilih untuk tetap setia menjaga warisan leluhur ini. Sebuah pesan tersirat untuk generasi muda: bahwa kekayaan budaya bukan hanya untuk dirayakan, tetapi juga diwariskan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:

