Banner v.2
Banner v.1

Lahan Makam di Cilacap Kritis: Dua TPU Tertua, Makam Kerkhof dan Karangsuci Nyaris Penuh

Lahan Makam di Cilacap Kritis: Dua TPU Tertua, Makam Kerkhof dan Karangsuci Nyaris Penuh

Krisis lahan pemakaman di lingkup Cilacap Kota.-RYNALDI FAJAR/RADARMAS-

CILACAP, RADARBANYUMAS.CO.ID - Isu keterbatasan lahan pemakaman di Kabupaten Cilacap semakin nyata. Dua tempat pemakaman umum (TPU) tertua, Makam Kerkhof di Sentolokawat dan Makam Karangsuci di Kelurahan Donan, kini menghadapi kondisi kritis karena nyaris penuh. 

Lahan yang tersisa kini sangat terbatas, bahkan tidak cukup untuk menampung jenazah dalam beberapa tahun ke depan. Kondisi ini mendesak masyarakat dan pemerintah untuk segera mencari solusi alternatif.

Di Makam Kerkhof, juru kunci yang akrab disapa Agus, menyatakan bahwa lahan yang tersedia hampir habis. 

"Sudah lama kami merasakan ini. Setiap hari ada saja yang dimakamkan, dan lahan yang tersisa itu paling hanya cukup untuk 10 sampai 20 makam lagi," ujarnya saat ditemui pada Jumat (1/8/2025).

BACA JUGA:Lahan Bekas TPS di Desa Kepudang Mangkrak, Pemkab Diminta Turun Tangan

Ia menjelaskan, sebagian besar makam di Kerkhof adalah makam tumpang, yang artinya satu liang lahat digunakan untuk dua atau lebih jenazah. Namun, praktik ini pun tidak bisa terus-menerus dilakukan. 

"Makam tumpang juga ada batasnya. Tidak bisa sembarang ditumpuk. Kami harus melihat kondisi makam sebelumnya, apakah sudah waktunya atau belum," tambahnya.

Hal serupa juga dialami oleh Makam Karangsuci. Juru kunci makam, Wawan, mengamini bahwa lahan di sana sudah sangat terbatas. 

"Kalau dihitung-hitung, lahan yang tersisa tidak sampai 100 meter persegi. Itu pun lokasinya tersebar, bukan satu petak utuh. Jadi sulit untuk pemakaman massal jika terjadi hal yang tak diinginkan," jelasnya.

BACA JUGA:Permasalahan Sampah Plastik di Cilacap, Rumah Tangga Penyumbang Terbesar

Menurut Wawan, solusi yang selama ini diterapkan adalah dengan menggali kembali makam yang sudah berusia puluhan tahun. Namun, ia menyadari bahwa ini bukan solusi permanen.

"Masyarakat masih banyak yang keberatan kalau makam keluarganya dibongkar. Mereka merasa tidak etis. Padahal, kalau tidak begitu, tidak ada lagi tempat untuk yang lain," keluhnya.

Keterbatasan lahan ini memunculkan kekhawatiran di kalangan masyarakat. Salah satu warga, Nurhidayat (66), mengatakan bahwa ia dan keluarganya mulai memikirkan opsi lain. 

"Dulu kami berencana dimakamkan di sini (Makam Karangsuci) karena dekat rumah. Tapi melihat kondisi sekarang, sepertinya tidak mungkin. Kami harus mencari alternatif, mungkin di TPU yang lebih jauh atau bahkan di luar kota," katanya. (rey)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: