Mengenal Lebih Dalam Batik Banyumasan

Rabu 10-01-2024,18:48 WIB
Reporter : Ikhwan Adriansyah
Editor : Bayu Indra Kusuma

Batik Banyumasan memancarkan keunikan yang tidak dapat disangkal, terutama dalam ciri khas pola batiknya yang mencerminkan nuansa pedalaman yang kaya akan kehidupan tumbuhan dan hewan. Inspirasi dari lingkungan sekitar, seperti hutan dan gunung, tercermin jelas dalam pola motifnya. 

Proses pewarnaan yang cenderung menggunakan warna-warna tua atau gelap menambah kesan lugas dan tegas pada gambar, seiring dengan keseharian masyarakat Banyumas yang sederhana dan tulus.

Motif Batik Banyumasan banyak diilhami oleh tumbuhan dan hewan yang berlimpah di sekitar daerah tersebut. Warna-warna pekat dan tandas yang digunakan dalam proses pewarnaan memberikan sentuhan khas pada kain batik ini, menggambarkan karakteristik kuat dari masyarakat Banyumas yang autentik dan apa adanya.

Meskipun terdapat variasi di antara para pembuat batik di Banyumas dengan motif yang berbeda-beda, namun Batik Banyumas hampir memiliki kesamaan dengan motif Jonasan. Motif Jonasan, sebagai kelompok motif non-geometrik, menampilkan dominasi warna dasar kecoklatan dan hitam yang serupa dengan Batik Banyumasan. 

BACA JUGA:Menjelajahi Kekayaan Batik Banyumas, Sejarah, Motif, dan Ciri Khas Batik Banyumas

BACA JUGA:Hari Batik Nasional, Cara Terbaik Merayakan Keindahan dan Warisan Budaya Indonesia

Keberadaan warna coklat yang berasal dari soga dan warna hitam yang dihasilkan dari wedel menjadi elemen penting dalam membedakan serta memberikan identitas kuat pada Batik Banyumasan.

Nilai Batik Banyumasan

Batik Banyumasan memperlihatkan nilai-nilai luhur kebebasan, demokrasi, dan semangat kerakyatan yang dijunjung tinggi oleh masyarakatnya. Nilai-nilai filosofis tersebut tercermin secara khas dalam beragam motif batik yang menjadi identitas tersendiri bagi Batik Banyumasan.

Motif-motif seperti Sekarsurya, Sidoluhung, Jahe Puger, Cempaka Mulya, Khantil, Ayam Puger, Madu Bronto, Jahe Srimpang, Lumbon (Lumbu), Sungai Serayu, Gunungan, Batu Waljinan, Kawung Jenggot, Dunia Baru, Satria Busana, Pring Sedapur, dan masih banyak lainnya mengandung filosofi kehidupan yang dalam.

Setiap motif memiliki cerita tersendiri yang mencerminkan nilai-nilai kehidupan, baik secara simbolik maupun filosofis. Misalnya, motif Jahe Puger yang menampilkan gambar jahe sebagai simbol kekuatan dan keberanian, atau motif Sungai Serayu yang merepresentasikan kehidupan yang mengalir seperti sungai, mencerminkan kebijaksanaan dalam menjalani kehidupan.

BACA JUGA:Hari Jadi Kabupaten Banyumas ke-452, Pemkab Banyumas Lombakan Desain Batik Banyumasan

BACA JUGA:Pasar Masih Luas, Perajin Batik Purbalingga Didorong Kreatif

Pembuatan Batik Banyumasan

Salah satu keunikan yang membedakan Batik Banyumasan adalah proses pembuatannya yang menggunakan teknik batik tulis pada kedua sisi kain. Hal ini mencerminkan sifat jujur dan transparan dari masyarakatnya, yang terefleksikan dari luar maupun dalam hatinya serta dalam kejujurannya dalam berbicara.

Meskipun demikian, terdapat pula teknik pembuatan batik menggunakan cap karena prosesnya yang lebih cepat dan efisien dari segi biaya. Batik cap dapat diselesaikan dalam waktu relatif singkat, sekitar 3 hari, sementara batik tulis memerlukan waktu yang jauh lebih lama, berkisar antara 3 hingga 6 bulan. 

Kategori :