Awas! Virus Korona Kian Merajalela

Senin 20-01-2020,21:20 WIB

FIN TERINFEKSI VIRUS : Tim medis membawa seorang pasien ke rumah sakit Jinyintan, di mana pasien yang terinfeksi oleh virus mirip SARS sedang dirawat, di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina kemarin (19/1). JAKARTA – Minggu (19/1) Cina melaporkan kemunculan 17 kasus pneumonia yang disebabkan jenis virus Korona baru. Peningkatan jumlah kasus tersebut menimbulkan kekhawatiran masyarakat setempat menjelang perayaan Tahun Baru Cina pada pada 24 Januari. Komisi Kesehatan Kotamadya Wuhan ada tiga dari pasien-pasien tersebut mengalami sakit parah. Jumlah keseluruhan pasien yang terinfeksi penyakit itu mencapai 62 orang. Dua di antaranya meninggal. Virus terbaru itu berasal dari kelompok besar virus Korona, yang termasuk Sindrom Pernapasan Akut (SARS). Sebanyak hampir 800 orang di seluruh dunia meninggal karena SARS selama wabah pada 2002-2003, yang juga dimulai dari Cina. Sementara Amerika Serikat telah memulai upaya penyaringan di tiga bandar udara untuk melacak orang-orang, yang tiba dari Wuhan dan kemungkinan memiliki gejala demam. Kendati para pakar mengatakan virus baru itu tidak tampak mematikan seperti SARS, tidak banyak yang tahu dari mana virus itu berasal. Juga, tidak ada kejelasan soal apakah penularan bisa terjadi dari manusia ke manusia. Di Indonesia, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah memberikan arahan kewaspadaan di bandara dan pelabuhan dengan memeriksa penumpang, khususnya dari China, untuk mencegah penyebaran wabah pneumonia misterius. Dirjen Pencegahan Pengendalian Penyakit Kemenkes Anung Sugihantoro mengatakan, pemerintah telah menjalankan rencana kontingensi pencegahan wabah pneumonia misterius yang disebabkan virus korona masuk ke Indonesia. Kontingensi adalah keadaan yang masih diliputi ketidakpastian dan berada di luar jangkauan. Kata Anung, rencana tersebut sudah disiapkan sejak akhir tahun lalu dan lebih ditingkatkan kembali pada masa sekarang. Salah satu langkahnya, yaitu dengan meningkatkan pemeriksaan terhadap pelancong dari China di bandara dan pelabuhan. "Saya mengatakan lebih, karena sebenarnya sudah dilakukan adalah memperhatikan para traveler melalui thermal scan dan memberikan health alert card (HAC) kepada traveler yang masuk ke Indonesia. Khususnya mereka yang dari China," jelas Anung. Anung menambahkan, Kemenkes belum melakukan larangan perjalanan (travel banned) dari Indonesia ke China atau sebaliknya. Namun ia menyarankan warga negara Indonesia yang bepergian ke China agar memperhatikan sejumlah hal. Antara lain memperhatikan pengumuman dari otoritas kesehatan China, tidak dianjurkan mengunjungi pasar hewan, dan apabila terpaksa ke pasar hewan agar memakai alat perlindungan diri. "Dianjurkan untuk menggunakan alat perlindungan diri yang sifatnya personal, misalkan masker, kacamata, sepatu boots, sarung tangan kalau misalnya harus bersentuhan tangan dengan hewan-hewan tersebut. Dan setelah itu mencuci tangan atau melakukan disinfeksi yang bisa dilakukan secara personal," tambahnya. Di samping itu, Anung menyarankan WNI yang mengalami gangguan pernapasan, kenaikan suhu tubuh atau gangguan kesehatan lainnya sepulang dari China, agar melaporkan ke otoritas kesehatan terdekat. Ia juga meminta WNI tersebut tidak menutupi informasi kegiatan selama di China untuk memudahkan penanganan. Kemenkes juga sudah memberikan edaran kepada seluruh dinas kesehatan kabupaten dan provinsi, serta rumah sakit pemerintah dan swasta untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap wabah pneumonia misterius. Sekaligus, kata dia, melaporkan apabila ada dugaan kasus pneumonia misterius. Kendati demikian, menurut Anung belum ada laporan tentang pneumonia misterius yang diterima kementeriannya. "Yang terakhir adalah kami memberikan imbauan kepada masyarakat yang intinya masyarakat tidak perlu cemas atau gelisah berkenaan dengan itu, yang terpenting adalah masyarakat meningkatkan kewaspadaan," pungkasnya. (fin/ful)

Tags :
Kategori :

Terkait