BANYUMAS, RADARBANYUMAS.DISWAY.ID - Dalam konsultasi publik kedua penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Banyumas (KLHS) Kawasan Perkotaan Ajibarang pekan ini, persoalan ketahanan pangan termasuk menjadi sorotan. Sebab, adanya defisit daya dukung pangan Kawasan Perkotaan Ajibarang.
Kasi Kesejahteraan Desa Ajibarang Wetan, Abdul Aziz mempertanyakan sejauh mana korelasi penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan KLHS Kawasan Perkotaan Ajibarang terkait dengan ketahanan pangan.
Yang terjadi saat ini di wilayah Ajibarang, ada beberapa alih fungsi irigasi dimana salah satu yang terjadi yaitu air irigasi dimanfaatkan untuk mengaliri tempat wisata.
Dirinya menyoroti keberadaan lahan sawah ke depan di Ajibarang dengan kondisi daerah irigasi tengah yang semakin lama seperti terjadi pembiaran atas kerusakan.
BACA JUGA:Sebagian Pedagang Pasar Ajibarang Tidak Tertib Bayar Retribusi, Tunggakan Menumpuk
BACA JUGA:Jalan Raya Desa Pancasan, Ajibarang Bergelombang dan Minim Penerangan
"Atau jangan-jangan karena RDTR Kawasan Perkotaan Ajibarang, irigasi-irigasi itu akan dibiarkan rusak sehingga ketahanan pangan juga tidak ada," katanya.
Menanggapi sorotan tersebut, Tenaga Ahli Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Ajibarang, Feri Prihantoro, ST, M.Ling mengatakan konteks KLHS Kawasan Perkotaan Ajibarang dengan ketahanan pangan, yang pertama KLHS pasti diminta menghitung apakah saat ini daya dukung air dan pangan cukup berikut bagaimana proyeksi kedepannya.
Adapun poin yang dapat disampaikan dalam rekomendasi penyusunan KLHS Kawasan Perkotaan Ajibarang, salah satunya memastikan bahwa dihitung dari Matematikanya, untuk daya dukung air masih cukup. Jika dalam KLHS standarnya menghitung daya dukung air dan pangan, untuk daya dukung pangan kalau dihitung memang terjadi defisit dengan catatan hanya melihat lingkup Kawasan Perkotaan Ajibarang.
"Namun jika melihat kajian lingkungan hidup Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyumas, untuk lingkup Kabupaten Banyumas daya dukung pangannya cukup. Defisit artinya jumlah produksi pangan dibandingkan dengan kebutuhan," terang dia.
Feri menjelaskan, meski wilayah perkotaan tidak identik dengan konteks agro culture, melihat penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Ajibarang, dari 27 persen rencana masih dalam bentuk tanaman pangan.
Kembali ke daya dukung pangan Ajibarang yang saat ini tidak cukup jika hanya dihitung dari kawasan perkotaannya saja, maka proyeksinya jika kondisi saat ini saja sudah tidak cukup maka ke depannya tentu tidak cukup.
"Akan tetapi bukan berarti karena tidak cukup, untuk daya dukung pangan nantinya dihilangkan," pungkasnya. (yda)