Obati Kecewa dengan Berpartai Kembali

Senin 01-01-2018,08:41 WIB

Nama Tridianto disebut saat pengukuhan kepengurusan Partai Hanura periode 2016-2020. Moment itu terjadi dalam acara yang digelar di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, Rabu (22/2) lalu. Tak tanggung-tanggung, posisi Tridianto terbilang mentereng. Di jajaran Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Hanura, Tridianto langsung dipercaya menjadi Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjend). Ini menarik, karena sebelumnya pengusaha asal Cilacap itu pernah mengaku kecewa dengan kegiatan partai. Saat berbincang santai dengan Radarmas, akhir pekan ini, Tridianto bercerita kisahnya bergabung dengan Partai Hanura. Tridianto, yang dikenal sahabat dekat Mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, mengaku, dia memang pernah berhenti dari kegiatan partai. "Waktu itu saya memang kecewa," katanya. Mengapa kecewa? Tridianto menyatakan, kekecewaan terbesarnya karena merasa Anas sebagai Ketum partai justru mendapat perlakuan yang dzalim dari penguasa. Padahal masa-masa itu, Tridianto sedang bangga berpartai. Kebanggaan Tridianto berlipat karena Demokrat juga tengah menjadi partai penguasa. "Saya juga semangat karena bangga dengan Pak SBY tentu saja," katanya. "Saat Mas Anas jadi Ketum, semangat dan bangga semakin bertambah," imbuhnya. Namun Tridianto merasa heran saat Anas kemudian dijadikan tersangka oleh KPK dalam kasus Hambalang. Tuduhannya Anas menerima mobil Harrier dari proyek tersebut Hambalang. "Saya tahu seribu persen itu fitnah," katanya. Dia pun sempat meradang karena merasa ada Ketum partai pemerintah yang dijadikan tersangka karena fitnah tetapi dibiarkan saja oleh Presiden. Malah, menurutnya ada indikasi kuat keterlibatan kekuasaan. "Ya karena saya tahu itu fitnah, maka saya bela Mas Anas sebisa-bisa nya. Tapi karena yang dilawan gajah ya sudah akhirnya kalah juga," katanya. Sebelumnya, saat kunjungan ke Jeddah, Mekkah, Rabu (6/2/2013), SBY sempat mengatakan, "Saya sendiri, dari tanah ini, dari Jeddah ini, mengharapkan KPK menjalankan tugas sebaik-baiknya dengan tanggung jawab. KPK tidak boleh tebang pilih. Itu posisi saya," ujarnya. Namun bagi Tridianto yang meyakini Anas tak bersalah, kekecewaan itu tak bisa diobati dengan sekedar kata-kata. Apalagi, Tridianto kemudian juga dihalangi ketika akan maju sebagai calon Ketum saat KLB Demokrat di Bali. "Sejak itu saya tak mau ikut-ikut partai lagi. Karena ternyata ketum partai besar saja bisa ditersangkakan karena fitnah. Kan aneh banget, tapi nyata. Di partai atau di dunia politik jaman modern pun yang aneh-aneh bisa terjadi," katanya. "Tapi yang saya paling kecewa adalah ada anak dizalimi kok orang tuanya diam saja dan malah seperti menikmati banget. Saya kecewa berat karena harapan Demokrat dan harapan rakyat "dibunuh" dengan jalur hukum. Saya ingat istilahnya mas Anas itu seperti Nabok Nyilih Tangan. Sejak itu saya vakum dari politik. Dalam hati saya teriak keras ora partai ora patheken," urainya lagi. Ingin Berjuang Namun seiring waktu berlalu, Tridianto merasa ada sesuatu yang kurang. Dia mengaku ternyata sulit melupakan kegiatan-kegiatan partai. Dia merasakan kerinduan. Merasa ada yang hilang saat tak berkumpul dengan teman-teman membahas perjuangan untuk rakyat. "Rasanya kok ada yang hilang. Rasanya kok gak lengkap kalau hanya hidup rutin, hanya ngurus kerjaan saja," katanya. Tridianto yang rutin ke LP Sukamiskin untuk menjenguk Anas, lantas ngobrol soal rasa kehilangan itu. Ternyata Anas malah tertawa dan mengatakan kepada Tridianto jika dirinya seperti orang yang sudah kecanduan. "Saya malah dibilang korban kecanduan politik. Tapi akhirnya saya disarankan untuk cari obatnya. Ya obatnya ikut kegiatan-kegiatan partai lagi," kenang Tridianto. Dia mengatakan, pilihanya ialah partai yang tidak berkarakter dinasti. Dia ingin aktif di partai yg bukan mengutamakan hubungan keluarga. Tridianto lalu bergabung dalam rombongan teman-teman yang masuk DPP Hanura Di era kepengurusan Oesman Sapta, Tridinto diberi tugas berat menjadi jadi Wasekjen. Dia pun tak tahu apa alasan pastinya. "Saya katakan, saya masih merasa belum mampu. Namun mereka tetap berkeras memberikan amanah itu. Sekarang saya menjalaninya saja dengan penuh tanggungjawab," katanya. Disinggung tentang rencana masa mendatang, Tridianto mengatakan, belum ingin menjadi apa-apa kecuali bekerja menjalankan tugasnya. "Saya belum minat jadi caleg. Yang penting ya belajar dan bergaul dengan banyak teman. Yang penting saya ingin berbuat baik lewat partai dengan kegiatan yang bermanfaat," katanya. Tridianto ingin mengalir saja. Dia tak mau berpikir yang muluk-muluk dan tinggi-tinggi. Yang penting nyata bisa dikerjakan dan bermanfaat. "Tidak banyak janji dan tidak Omong Doang. Rakyat sudah kenyang terima janji-jannu saja dan benci sama yang Omong doang," pungkasnya. (*/dis)

Tags :
Kategori :

Terkait