Demi meredam rasa pedihnya, Luka Modric bermain bola di lapangan parkir. Beruntungnya ia juga masih bisa mengenyam pendidikan di pengungsian. Hampir setiap hari Lukita bermain bola bahkan ia tidur dengan membawa bolanya.
El Pajaro menunjukan bakat di turnamen pengungsian. Dia bertemu dengan Tomislav Basic, pelatih kepala akademi.
Tubuh kurus, kecil nan kumuh Luka Modric menyulitkannya bergabung ke tim profesional. Ia pun sering mendapat penolakan karena alasan tersebut.
Hebatnya, Tomislav Basic yang sudah menganggap Luka Modric sebagai anak angkatnya tidak putus asa. Ia terus melatih bakat Modric sampai di usia ke 16 tahun.
BACA JUGA:Pacar Pesepak Bola Mario Goetze Siap jadi Mak Comblang Andre Schuerrle
BACA JUGA:FIGC (Federasi Sepak Bola Italia) juga membuka Casa Azzurri on tour
Beruntungnya Modric berhasil lolos ke tim junior di klub raksasa Kroasia, Dinamo Zagreb. Awalan tersebut jadi pedati gemilang karier Luka Modric.
Seiring berjalannya waktu akhirnya ia bisa menjadi gelandang andalan Real Madrid. Ia bahkan pernah meraih sejumlah gelar individu termasuk Ballon d’Or pada musim 2017-2018.
Terbaru, ia masih diandalkan oleh Timnas Kroasia bahkan sudah mengantarkan Vatreni ke semifinal Piala Dunia 2022 Qatar bahkan berkemungkinan menjuarainya.
Sejauh ini Luka Modric sudah mengoleksi 160 caps dengan torehan 23 gol. Total ia sudah mengukir 26 trofi dan 10 penghargaan individu.
Kini kalian sudah tahu mengenai kisah Luka Modric yang penuh dengan kepiluan di masa kecilnya. Namun ia berhasil mencapai titik tertinggi yang tidak semua orang bisa menggapainya. Semoga rentetan realitas tersebut bisa menjadi motivasi untuk kita semua. (okt/*)