DENPASAR, RADARBANYUMAS.CO.ID - Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) melalui PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI tengah menyelamatkan CV Real Issue, produsen UMKM tas kulit dari titik nadir.
Ya, CV Real Issue, produsen UMKM tas kulit milik Sany Kamengmau mendapat berkah dari adanya program kredit usaha rakyat (KUR).
Bagaimana tidak, usaha yang dimilikinya kini menjadi kian moncer setelah mendapatkan fasilitasi akses pembiayaan UKM dari KemenKopUKM.
Pria kelahiran Nusa Tenggara Timur (NTT) ini mengaku, mendapatkan akses pembiayaan KUR Kecil yang difasilitasi oleh KemenKopUKM sebesar Rp500 juta.
KUR Kecil ini diklaimnya sebagai salah satu penyelamat utama dari krisis akibat pandemi Covid-19, sehingga usaha yang digeluti sejak tahun 2000 lalu tetap bertahan hingga saat ini.
Sany menyatakan Covid-19 sempat membuat usahanya hampir gulung tikar lantaran orderan sepi dan modal usahanya tergerus untuk kebutuhan sehari-hari.
Beruntung bagi Sany, lantaran upaya mengajukan akses pembiayaan kepada KemenKopUKM direspons cepat dan kemudian difasilitasi dengan salah satu bank BUMN penyalur KUR melalui kegiatan pendampingan akses pembiayaan UKM.
Secara perlahan dengan modal KUR itu, Sany kembali bangkit dan menggenjot produksinya seiring orderan yang mulai terus mengalir.
"Saya dapat KUR dari BRI yang difasilitasi Kementerian Koperasi dan UKM sebesar Rp500 juta. Pembiayaan itu sangat penting dan berarti bagi kami. Dana itu kami gunakan untuk belanja bahan baku, membayar ongkos kerja/gaji dan untuk mempersiapkan modal kerja orderan berikutnya," ucap Sany saat ditemui di rumah produksi sekaligus kantornya di Badung, Bali pada Rabu (9/11/22).
Bahkan, kata Sany, order tas kulit hasil kreatifitasnya kini tengah kebanjiran order dari Jepang dan Australia. Dalam sebulan order dari Jepang rata-rata 300 - 400 buah tas.
Buyer asal Jepang ini menjadi pelanggan utamanya sejak tahun 2003. Sementara order dari buyer Australia rata-rata dalam dua bulan sebanyak 100 buah tas.
Sany mengaku sempat mencapai peak season pada tahun 2007-2017 dengan mengekspor tas kulit ke Jepang hingga 4.000 buah setiap bulannya.
Namun sejak Covid-19, orderan turun drastis sehingga terpaksa Sany harus memangkas jumlah tenaga kerjanya. Saat ini jumlah tenaga kerja yang masih dipertahankan sebanyak tujuh orang.
"Jumlah tenaga kerja sebelum Covid itu sekitar 30 orang, tapi setelah Covid-19 sementara baru bisa mempekerjakan tujuh orang, tapi kami sesuaikan dengan pesanan. Kalau ada peningkatan pesanan kita bisa tambah tenaga kerja," ulas Sany sambil memperlihatkan para tenaga kerjanya menyelesaikan pesanan.
Sany berharap, kedepan dengan dukungan pemerintah melalui fasilitasi dari KemenKopUKM, usahanya bisa kembali meraih masa emasnya.