BANJARNEGARA, RADARBANYUMAS.CO.ID - Ketika isu ketahanan pangan atau produksi pangan alternatif menggema di tengah krisis global. Petani dan industri pertanian di Banjarnegara, Jawa Tengah, justru sudah bergerak cepat dengan mengolah berbagai produk dari bahan dasar singkong. Bahkan produk tepung mocaf dari singkong jenis Lanting dari Banjarnegara itu sudah menembus pasar ekspor.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo membuktikan sendiri bagaiman kemandirian dan kedaulatan pangan dan produksi pangan alternatif itu berkembang. Ia sengaja mendatangi langsung lahan singkong Lanting dan tempat pengolahan tepung mocaf di Kabupaten Banjarnegara. Ganjar juga sempat memanen singkong bersama petani dan menikmati hasil olahan tepung mocaf.
"Kalau kita bicara pangan alternatif, ini sudah ditunjukkan oleh Mas Supriyanto. Ia investasi di tengah desa dan spiritnya bagus. Satu, bisa membeli singkong petani yang dulu di pasar itu Rp 700, sekarang di sini bisa Rp 1500 per kilogram. Ini memberberdayakan. Dua, diolah menjadi tepung mocaf. Harganya sedikit lebih rendah dibandingkan tepung terigu. Dimasak ternyata taste-nya juga sudah mirip-mirip, rasanya sudah enak, dan rasa singkongnya sudah tidak terasa," kata Ganjar usai memanen singkong dan melihat tempat pengolahan tepung mocaf di Kecamatan Purwanegara, Kabupaten Banjarnegara, Kamis (27/10/2022).
Di sana Ganjar sempat mencicipi mie ayam yang dibuat dari tepung mocaf. Menurut Ganjar, secara tekstur mie dari tepung mocaf tidak kalah jauh dengan yang berbahan dasar gandum. Tinggal bagaimana membiasakan lidah yang sudah terbiasa dengan tepung gandum karena mie dari tepung mocaf agak sedikit kenyal.
"Ini soal teknologi saja. Sampai di sini ternyata tadi dimasak menjadi mie ayam enak betul. Masaknya juga pintar, tidak pakai micin. Rempahnya dimasukkan dan itu dari Indonesia. Terbayang tidak sekarang. Singkong dari kita, ditanam dengan sangat gampang, diolah sudah ada teknologinya, harganya lebih murah, dan untuk kesehatan juga jauh lebih bagus karena gulanya sangat rendah sekali," jelasnya.
Tepung mocaf dari Banjarnegara itu sudah diekspor ke Dubai dan Turki. Selain itu, tepung yang diproduksi dari bahan singkong Lanting itu juga sudah dibuat variannya. Meliputi tepung pisang, tepung ayam, tepung mendoan. Artinya tepung mocaf tersebut juga sudah dijual sesuai dengan kebutuhannya sehingga orang yang membeli sudah dapat menggunakan sesuai keperluan.
"Jadi dari singkong saja kita bicara ketahan pangan kita sudah cukup deh. Produksi turunannya juga banyak, bisa jadi gula juga," kata Ganjar.
Melihat potensi besar itu, Ganjar mengatakan sosialisasi kepada masyarakat mengenai tepung mocaf dari singkong produksi dalam negeri harus digencarkan. Ia mencoba membandingkan antara tepung mocaf dan tepung terigu. Menurutnya, tepung terigu memang oke tapi bahan gandum tidak bisa ditanam sendiri di Indonesia. Sementara tepung mocaf dari singkong yang tentu saja bisa di tanam sendiri.
"Mungkin pelan-pelan ini harus masuk ke masyarakat, ke pasar, sambil mengurangi itu (tepung gandum). Ini nilai kompetisi yang dimunculkan masyarakat dan praktiknya bagus. Tinggal nanti mengawasi dari sisi kualitas, kuantitas, dan kontinuitasnya karena ini juga sudah ekspor ke Dubai," ungkapnya.
Selanjutnya, yang dibutuhkan adalah testimoni dan pengakuan internasional. Apalagi tepung mocaf ini sudah diekspor ke luar negeri. Testimoni itu bisa bagaimana rasanya atau digunakan untuk kebutuhan apa di sana.
"Ini kekuatan pangan lokal yang bisa menjadi alternatif substitusi atau pengganti gandum. Bisa nggak? Bisa. Ini baru singkong, belum sagu, belum sukun, belum Porang, jagung, dan banyak sekali," jelasnya.
Sementara itu Supriyanto, pemilik UD Usaha Mandiri yang mengolah singkong menjadi tepung mocaf, mengatakan kapasitas produksi perbulan untuk kebutuhan dalam negeri dan ekspor mencapai 100 ton. Sejauh ini ia masih fokus untuk mengolah singkong menjadi tepung mocaf. Untuk komoditas lain ia akan mengembangkan setelah pasar tepung mocaf bagus. Di antara ia akan mencoba mengembangkan beras analog dengan bahan dasar singkong.
"Pengrajin mocaf ini harus mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah, dibantu untuk promosinya, pengenalan dan sosialisasi kepada masyarakat supaya banyak yang mengenal mocaf. Sekarang masih banyak sekali yang belum mengenal mocaf itu apa. Padahal ini ada di dalam negeri dan kita sangat kaya. Kalau kita maksimalkan otomatis kita tidak ketergantungan lagi dengan produk impor seperti gandum," katanya.
Untuk produksi tepung mocaf, Supriyanto mengaku sejauh ini belum ada kendala karena pasokan singkong di Banjarnegara juga cukup bagus. Setidaknya industri tepung mocaf didukung oleh ratusan petani yang mengelola sekitar 3.666 hektar lahan kering di Banjarnegara dengan ditanami singkong. Untuk tempat pengolahan UD Usaha Mandiri ini pasokan singkong berasal dari petani di Kecamatan Purwanegara dan Kecamatan Bawang.
"Untuk ekspor alhamdulilah tidak ada kendala, cuma memang kebetulan baru ke Dubai. Mungkin ke yang lain besok-besok ini akan dibutuhkan serifikat, misalnya kalau kita akan ekspor ke Eropa. Untuk produksi kami di-support ratusan petani singkong di Kecamatan Purwonegoro dan Kecamatan Bawang," ujarnya. (*)