PURBALINGGA, RADARBANYUMAS.CO.ID - Kepastian relokasi pemukiman warga korban bencana tanah bergerak Desa Siwarak, Kecamatan Karangreja, masih menunggu hasil analisis ilmiah dari akademisi.
Tujuannya agar tepat dan tidak membahayakan di waktu kedepan.
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Purbalingga M Umar Faozi MKes mengungkapkan, pihaknya bekerjasama dengan Tim Geologi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) untuk memberikan analisis ilmiah untuk langkah ke depan.
BACA JUGA: DLH : Tidak Ada Penambahan Fasilitas RTH Tahun Ini
"Apakah masyarakat yang ada di sini perlu direlokasi atau tidak dengan cukup memberikan intervensi terhadap rekahan tanah yang ada di beberapa rumah. Apalagi bagian atas bukit sudah semakin lebar retakannya," tuturnya, saat mendampingi kunjungan Bupati Dyah Hayuning Pratiwi SE BEcon MM ke lokasi bencana, Rabu 26 Oktober semalam.
Lebih rinci ditambahkan, dampak dari tanah bergerak di dua desa ini hanya ada rekahan-rekahan tanah yang ukurannya tidak terlalu lebar.
Paling lebar rekahan hanya mencapai 10 cm, rata-rata belum sampai pada rumah atau dinding ambruk.
BACA JUGA:Pemdes Siwarak Desak Relokasi Permanen Warganya, Ini Alasannya
Pihaknya memantau, pergerakan tanah di Dukuh Petung Desa Siwarak setiap 10 menit ada penurunan tanah 1 cm.
"Mudah-mudahan ini segera berhenti pergerakannya, sehingga segera dilakukan penanganan lanjutan," tambahnya.
Tak hanya upaya mengandeng akademisi, pihaknya juga mengambil langkah untuk koordinasi dengan Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah untuk memberikan opini tambahan lain terhadap kejadian kebencanaan ini.
BACA JUGA:Gangguan Kesehatan Mulai Jangkiti Pengungsi Desa Siwarak
Sehingga kebijakan yang akan diambil pemerintah bisa tepat.
"Terhadap pengungsi, kita libatkan banyak unsur relawan dan lembaga. Semua bergerak untuk kemanusiaan," katanya. (amr)