Mahasiswa Teknik dan Sains UMP Kembali Raih Juara Nasional, Ubah Limbah Pelepah Pisang Jadi Bio Hand Soap

Senin 01-11-2021,09:24 WIB

Tim Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) Fakultas Teknik dan Sains Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) menambah kembali prestasi di kancah nasional. Kali ini, Tim Bambino dari Teknik Kimia yang mengusung judul penelitian “Pemanfaatan Saponin Limbah Pelepah Pisang Ambon (Musa paradisiaca var. sapientum L.) sebagai Surfaktan Alami pada Bio Hand Soap” dinobatkan sebagai Juara 1 pada lomba Program Kreativitas Mahasiswa Muhammadiyah (PKMM), yang diselenggarakan oleh Asosiasi Sains dan Teknologi-Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah (AST-PTMA) tahun 2021. Tidak hanya itu, Tim Biopori yang merupakan kolaborasi Teknik Kimia dan Teknik Elektro juga meraih Juara 2 pada lomba yang sama, dengan judul pengabdian masyarakat “Penerapan Biopori sebagai Bentuk Tindakan Preventif pada Musim Kemarau di Desa Kebondalem, Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara”. Dosen pembimbing Tim Biopori, Neni Damajanti S.T., M.T., mengatakan lomba Program Kreativitas Mahasiswa Muhammadiyah (PKMM) dibagi menjadi beberapa bidang, diantaranya bidang penelitian (PKM-P) dan bidang pengabdian masyarakat (PKM-M). “Tim Bambino masuk di bidang PKM-P, sementara Tim Biopori masuk di bidang PKM-M. Jadi, 2 tim ini sebelumnya termasuk dari 8 tim UMP yang lolos pendanaan PKM dari Dirjen Dikti Ristek Kemdikbudristek,” jelas Neni di Purwokerto, Senin (1/11/2021). Dijelaskan lomba tahunan tersebut diadakan khusus oleh Asosiasi Sains dan Teknik Perguruan Tinggi Muhammadiyah 'Aisyiyah (AST-PTMA), bertepatan dengan rakornas, seminar nasional dan seminar internasional. Untuk tahun ini seluruh kegiatan tersebut dipusatkan di Universitas Muhammadiyah Banjarmasin, baik secara luring maupun daring. Sementara itu, Sheren Liana Saputri (Ketua Tim Biopori) menjelaskan bahwa pengabdian masyarakat yang dilakukan timnya berawal dari kegelisahan warga Desa Kebondalem, Banjarnegara, yang sering mengalami kesulitan air akibat kekeringan di desa yang memiliki luas wilayah 991,08 Ha tersebut. “Kekeringan yang terjadi menyebabkan warga mengalami krisis air. Situasi terparah yang pernah terjadi adalah pada tahun 2019, dimana pada saat itu terdapat 14 desa lain yang mengalami kekeringan. Dalam satu dusun, rumah satu dengan yang lainnya cukup rapat,” jelasnya. https://radarbanyumas.co.id/fs-ump-gelar-mou-mmsu-filipina/ Mereka membuat lubang resapan biopori sebagai bentuk tindakan preventif untuk mencegah adanya krisis air pada musim kemarau. Kegiatan pembuatan lubang resapan biopori berlangsung pada tanggal 25-26 Juni 2021 lalu. “Lubang resapan biopori yang telah berhasil dibuat sebanyak 100 buah dan tersebar pada 12 titik rumah warga, dimana pada setiap rumah terdapat 8 lubang,” jelasnya. Menurutnya, kegiatan pembuatan lubang resapan biopori membuat warga desa sadar, bahwa perlu adanya sebuah tindakan pencegahan yang dilakukan untuk menanggulangi masalah kekeringan yang dihadapi hampir setiap tahun.(tgr)

Tags :
Kategori :

Terkait