Warcraft, Fantasi Berkelas Adaptasi Game

Jumat 10-06-2016,02:42 WIB

Warcraft bukan nama asing. Sebelum rilis dalam format film, publik mengenal nama tersebut sebagai online game. Per 2015, game rilisan Blizzard Entertainment itu punya total pengguna aktif 5,5 juta orang. World of Warcraft juga dibuat dalam versi novel trilogi yang telah dicetak lebih dari 150 juta kopi. Menggarap film adaptasi video game bukanlah sesuatu yang gampang dan menghasilkan. Sebelum Warcraft rilis pada awal bulan ini, sudah ada video game yang diangkat dalam versi film live action. Misalnya Mortal Kombat, Tomb Raider, Resident Evil, sampai Assassin’s Creed. Seluruhnya punya kesamaan. Tak ada yang memikat para kritikus. Semua memiliki rating di bawah 50 persen. Review dari kritikus maupun gamers selalu membandingkan film dan game-nya. Sutradara Warcraft Duncan Jones menyadari hal tersebut. ’’Sulit menemukan adaptasi video game yang masuk kategori film bagus. Makanya, saya ingin membuat film hebat,’’ ucapnya. Sutradara Pendatang Baru Inggris Terbaik versi BAFTA Awards 2010 itu menegaskan, dirinya berusaha menerjemahkan konflik antara manusia dan orcs sama seperti versi game-nya. Putra tunggal mendiang musisi David Bowie dan Angie itu menjelaskan, Warcraft dirancang dengan konsep mirip film perang. Tiap kubu memiliki sosok kuat dan sudut pandang yang kuat. ’’Saya ingin penonton mampu melihat konflik dari dua sisi, dari orcs dan manusia,’’ tuturnya sebagaimana dikutip Techcrunch. Misi Jones membuat Warcraft yang mirip versi game tidak main-main. Sejak awal film, penonton langsung disuguhi dunia lain yang penuh orcs dengan nama dan tampilan nyentrik. Pengenalan tersebut berbeda dengan film adaptasi lain, seperti Lord of the Rings yang membawakan elemen fantasi secara bertahap, sehingga mudah diikuti penonton yang bukan fans bukunya. ’’Saya ingin menampilkan film fantasi dengan sisi estetik dan visual yang berbeda,’’ ujar sutradara alumnus London Film School tersebut. Hal tersebut diakui membuatnya cukup kerepotan dalam menghadirkan sosok orcs. Dalam game, spesies tersebut digambarkan mirip manusia, namun dengan fisik yang lebih besar, memiliki taring, dan punya tampilan sangat buruk. Dia menyatakan, penggambaran orcs yang dibantu teknik computer generated imagery (CGI) dan animasi membuat penggarapan serta editing makan waktu cukup lama. Meski demikian, demi menampilkan emosi dan gestur yang nyata, Jones tetap menghadirkan cast pemeran orcs di lokasi syuting. Mereka juga wajib mengenakan kostum dan aksesori sesuai dengan tokoh yang diperankan. Travis Fimmel, pemeran Anduin Lothar, mengungkapkan, proses syuting Warcraft layaknya film normal. ’’Saat scene dengan orcs, saya berakting seperti biasa. Sangat normal karena kami bertatapan dengan aktornya langsung,’’ tuturnya sebagaimana dikutip Collider. Sementara itu, Dominic Cooper menyatakan, Jones sangat membantu para aktor mendalami peran. Aktor yang memerankan penguasa Kerajaan Stormwind Llane Wrynn tersebut menjelaskan, sutradara berusia 45 tahun itu punya visi yang jelas. ’’Duncan (Jones) suka game-nya. Dia bahkan membuat sketsa jagat Warcraft dengan lengkap,’’ paparnya. Sayang, film tersebut tidak mendapat sambutan terlalu baik dari kritikus. Walau sukses mendulang nilai 7,8 di IMDb, Warcraft dapat rating jeblok dari Metacritic (31 persen) dan Rotten Tomatoes (29 persen). Namun, Jones tidak ambil pusing. ’’Film ini adalah rumah buat para gamers. Sedangkan untuk penonton yang tidak memainkan game-nya, Warcraft adalah film fantasi berkelas,’’ ucapnya. (fam/c19/ayi)

Tags :
Kategori :

Terkait