ROMA – Virginia Raggi begitu mencintai Kota Roma. Saking cintanya, perempuan 37 tahun tersebut rela menunda karirnya sebagai pengacara. Padahal, penduduk ibu kota Italia itu punya karir yang cemerlang di bidang hukum. Minggu lusa (5/6), dia menjadi satu-satunya kandidat perempuan dalam pemilihan wali kota (pilwali) Roma.
’’Yang pertama dan paling utama adalah mengembalikan Roma menjadi kota normal,’’ papar Raggi dalam jumpa pers kemarin (2/6). Saat ini, menurut calon wali kota perempuan pertama Roma tersebut, kota kelahirannya itu tidak lagi nyaman ditinggali. Roma telah berubah menjadi kota yang tidak ramah penduduk. Padahal, hidup dalam lingkungan yang aman dan nyaman merupakan hak paling dasar penduduk Roma.
Diusung partai politik Five Star Movement, Raggi selalu memuncaki polling sampai sekarang. Dia optimistis bisa lolos dalam pilwali putaran pertama Minggu nanti. Bahkan, dia yakin akan memenangkan pilwali putaran kedua yang dijadwalkan berlangsung pada 19 Juni mendatang. ’’Saya tidak pernah ragu,’’ ujarnya tentang pencalonan tersebut. Bahkan, saat banyak politikus yang enggan menjadi wali kota Roma, Raggi justru mendambakannya.
Punya satu anak yang sedang beranjak besar dan butuh lingkungan yang baik membuat perempuan berambut gelap itu semakin berambisi duduk di kursi wali kota. ’’Saya tidak mau anak saya tumbuh di kota yang seperti ini,’’ tegasnya. Karena itu, sebagai wali kota, dia akan mengubah Roma menjadi kota yang lebih baik atau, setidaknya, kota yang normal.
Menjadi kota yang normal mungkin terdengar sepele. Tapi, tidak demikian praktiknya. Sebab, segala hal yang berkaitan dengan layanan publik tidak lagi berjalan baik di Roma. Terutama, setelah terbongkarnya skandal Mafia Capitale yang menjadikan tokoh-tokoh Roma dari berbagai latar belakang sebagai pesakitan. ’’Bagaimana kita mengubah sistem yang sudah rusak ini? Bikin undang-undang baru,’’ jelasnya. (AFP/hep/c23/any)