Para WBP Nampak mengolah dari penjemuran, penghalusan, pemotongan hingga pengemasan (packing) menjadi stik es krim. Foto Ali/Radar
PURWOKERTO - Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Purwokerto terus menggenjot keterampilan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP). Salah satunya kali ini yakni kerajinan membuat stik es krim dengan menggunakan bahan baku limbah kayu.
Dari pantauan radarbanyumas.co.id. ada sebanyak 15 WBP yang terjun langsung dalam pembuatan stik es krim ini. Para WBP ini nampak mengolah limbah mulai dari penjemuran, penghalusan, pemotongan hingga pengemasan (packing).
Kasi Kegiatan dan Kerja (Giatja) Lapas Kelas II A Purwokerto, Junaedi mengatakan, kegiatan ini merupakan kerjasama dengan Korem 071 Wijayakusuma. Selain itu kegiatan juga sesuai dengan program pembinaan yang tercantum dalam kemasyarakatan.
"Jadi setiap narapidana nantinya diberi bekal mempersiapkan diri setelah keluar dari lapas. Menjadi manusia yang baik, bertanggungjawab, dan berguna di masyarakat. Salah satunya dengan pembuatan stik es krim ini,” katanya.
Menurut dia, selain menjadi stik es krim ini, nantinya stik es krim juga dibentuk menjadi beberapa kerajinan.
"Nantinya akan dibuat seperti miniatur kapal, penutup lampu, atau lainnya," tuturnya.
Sementara untuk pemasaran, pihaknya juga sudah mempersiapkannya. "Sehari bisa ribuan stik es krim diproduksi. Untuk pemasaran kami juga sudah mempersiapkannya," tuturnya.
Junaedi melanjutkan pihaknya akan terus memantau perkembangan para WBP.
“Agar bisa maju para WBP harus tekun. Harapannya bisa jadi modal awal saat keluar nanti dam tidak terjerumus halnyang melanggar hukum,” katanya.
https://radarbanyumas.co.id/lapas-kelas-ii-a-purwokerto-beri-penghargaan-enam-pegawai-dan-lakukan-simulasi-penanggulangan-kebakaran/
Danrem 071 Wijayakusuma, Kol Inf Dwi Lagan Safrudin mengatakan, kerjasama yang dilakukan bersama Lapas Kelas II A Purwokerto semata untuk memberikan pembekalan pada WBP. Terkait kegiatan ini, pihaknya yang memberikan suplai bahan baku.
"Bahan baku tidak perlu modal, karena dari limbah kayu yang memang susah tidak terpakai. Alat-alat juga dibuat sendiri. San nantinya menjadi produk yang memiliki nilai jual," katanya.
Ia berharap kegiatan yang sudah berjalan selama tiga hari ini bisa berlanjur.
"Saya berharap agar nanti WBP kalau sudah keluar tidak usah takut, karena sudah diberi keterampilan," pungkasnya. (ali)