Dialog Kebangsaan Mahfud MD di Stasiun Purwokerto
PURWOKERTO-Beberapa waktu belakangan, gencar isu yang mengatakan Indonesia akan bubar di tahun 2045.
Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan Profesor Mahfud MD pun justru mengatakan sebaliknya. Ia menegaskan, Indonesia di tahun 2045 akan menjadi negara maju ke tiga di Dunia.
"Tidak boleh bicara Indonesia punah 2045. Padahal ada survei dan penelitian oleh pemerintah, bahwa 2045 Indonesia menjadi negara maju terbesar ketiga di dunia," katanya dalam acara Dialog Kebangsaan Seri IV Mengokohkan kebangsaan dengan tema Menjaga Nalar Sehat dan Berbudi, di Stasiun Purwokerto Selasa (19/2).
Bahkan, menjelang Pemilu ini, dia juga mengamati munculnya gejala penggantian dasar negara. Meski, diakuinya, tidak ada pernyataan secara eksplisit. Namun, sebutnya, gejala muncul melalui berbagai hal.
Diantaranya, ada sekolah negeri tertentu di Yogyakarta yang tidak menerima siswa yang tidak beragama Islam. "Oleh karena itu, kami (Jelajah Kebangsaan, red) berkeliling, karena masyarakat harus diberi pemahaman," ujarnya.
Mahfud MD menjelaskan terkait proses hancurnya negara. Yaitu dimulai saat pemerintah terjebak disorientasi penegakan hukum. Jika hal ini terjadi, maka akan ada distrus atau ketidakpercayaan masyarakat yang kemudian menyebankan disobedience atau pembangkangan. Hal ini menimbulkan gerakan radikal yang mengajak masyarakat lainnya ikut membangkang."Mari kita menyadari, gunakan momentum pemilu untuk pembaruan, siapapun pemimpinnya nanti," ujarnya.
Caranya, yaitu dengan memperbaiki ilmu hukum, agama, ekonomi negara. Sehingga, lanjutnya, tidak tidak terjadi disintegrasi. Dalam kesempatan itu, Mahfud juga mengajak masyarakat untuk mencintai negara. Menurutnya, Indonesia didirikan dengan nalar sehat dan berbudi."Bukan hawa nafsu," tambahnya.
Negara, lanjut dia, didirikan dengan perdebatan hebat. Perdebatan ini antara Bung karno dengan tokoh agama pada saat itu, seperti Natsir, Wahid Hasyim, dan Agus Salim."Setelah perdebatan, apakah Indonesia menjadi negara agama atau bukan negara agama. Maka sepakat, ketemu pancasila," tuturnya.
Kedatangan Mahfud MD di Purwokerto terselenggara atas kerjasama KAI dengan Gerakan Suluh Kebangsaan. Dimana, KAI menjadi tuan rumahnya. Mahfud sangat mengapresiasi atas kerjasama, dukungan dan kepedulian KAI terhadap keutuhan dan kokohnya NKRI.
Mahfud juga memberikan penghargaan setinggi-tingginya atas kemajuan KAI yang luar biasa dalam memberikan layanan publik, transportasi massal untuk masyarakat. Dia berharap kerjasama KAI dengan Gerakan Suluh Kebangsaan bisa berlanjut terus dalam kegiatan lain."Demi cita-cita bersama dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945," katanya.
Direktur Utama KAI Edi Sukmoro mengatakan, KAI menjadi tuan rumah kegiatan Jelajah Kebangsaan. Jelajah Kebangsaan, lanjut dia, memiliki rute dari Merak ke Banyuwangi. Dimulai 18 hingga 22 Februari 2019.
Acara ini merupakan rangkaian dari Kegiatan Gerakan Suluh Kebangsaan yang bertujuan mengajak berbagai elemen masyarakat untuk membangun kesadaran berbangsa dan bernegara dalam rangka memperkokoh NKRI.
Kegiatan dikemas dalam format dialog antara para tokoh nasional yang hadir dengan para peserta yang berasal dari tokoh masyarakat, tokoh agama, seniman, budayawan, akademisi, dan lainnya.
Jelajah Kebangsaan Merak-Banyuwangi diadakan di sembilan stasiun. Dimulai dari Stasiun Merak, Stasiun Gambir, Stasiun Cirebon, Stasiun Purwokerto, Stasiun Yogyakarta, Stasiun Solo Balapan, Stasiun Jombang, Stasiun Surabaya Gubeng dan berakhir di Stasiun Banyuwangi.
Ia mengungkapkan tokoh nasional yang hadir menggunakan kereta api khusus untuk menempuh jarak 1.341 km dari stasiun paling barat di Pulau Jawa hingga stasiun yang berada di paling timur Pulau Jawa selama lima hari perjalanan. “KAI senantiasa mendukung kegiatan yang positif dalam rangka memupuk rasa berkebangsaan Indonesia bagi masyarakat di berbagai kota di Indonesia. Yaitu melalui pendekatan yang ringan namun kreatif dan membumi,” ujarnya. Edi berharap kegiatan ini dapat menguatkan dan menyebarluaskan semangat positif kebangsaan Indonesia melalui jalur kereta api. (ing)