Kemakmuran Bisa Menekan Peredaran Rokok

Senin 28-06-2021,12:40 WIB

PURWOKERTO - Indonesia menjadi salah satu negara dengan jumlah perokok terbesar di dunia. Bahkan persentasenya mencapai 39.9 persen. Artinya 57 juta orang di Indonesia menjadi pengonsumsi rokok aktif dan menjadi salah satu yang terbesar di dunia. Menurut Pengamat Ekonomi, Sri Nugroho, tingginya jumlah perokok itu tak lepas dari tingkat kemakmuran seseorang. Sebab semakin tinggi tingkat kemakmuran, seseorang akan semakin memperhatikan kesehatan. Dari situ dipahami bahwa rokok bisa menyebabkan sejumlah penyakit yang berdampak buruk terhadap kesehatan. "Rokok sudah mendarah daging di masyarakat kita (Indonesia). Suatu saat cukai rokok juga akan menurun sendiri, karena produksi rokok menurun. Itu dampak dari kemakmuran yang meningkat dan pada gilirannya akan meningkatkan kesadaran kesehatan. Suatu hari prosentase perokok akan menurun drastis," katanya. Meski secara ekonomi, rokok tidak mendominasi Pendapatan Domestik Bruto (PDB) di Indonesia, namun pemerintah menargetkan, penerimaan perpajakan cukai pada 2022 tumbuh 5%-8% dari proyeksi tahun ini sebesar Rp 173,78 triliun. Artinya, tahun depan target penerimaan cukai sebesar Rp 182,46 triliun sampai dengan Rp 187,68 triliun. Hal ini akan meningkatkan pendapatan negara, dengan kebijakan ini juga akan ada manfaat non-revenue. Hanya saja menyangkut petani tembakau yang sampai sekarang belum bisa beralih ke pertanian produk lain. "Kalau Pedagang eceran, bisa cepat beralih ke mata pencaharian yang lain, jika rokok suatu hari berhenti berproduksi. Namun bagi petani kita belum bisa (beralih)," tandasnya. Lebih lanjut Nugroho mengatakan, di masa pandemi seperti sekarang ini, peredaran rokok ilegal bisa mengalami peningkatan. Meski jumlahnya tidak terlalu signifikan. "Ya (bisa naik), (tapi) kecil. Dan itu hanya terjadi di masyarakat yang berpendapatan sangat rendah . Walaupun pandemi, rakyat Indonesia tidak menjadi miskin banget," ungkapnya. (why)

Tags :
Kategori :

Terkait