Warga kota Cairns di Queensland, Australia, terpaksa mengungsi. Mereka meninggalkan rumah bukan karena bencana alam, tapi tidak tahan dengan bau bangkai flying foxes (kalong) yang mati akibat gelombang panas tak tertahankan.
Sejumlah laporan menyebutkan ribuan kalong yang sedang bergelantungan di pohon-pohon di sekitar kota Cairns banyak yang mati berjatuhan pada hari Senin lalu.
Bangsa kelelawar, tapi berukuran raksasa, itu mati akibat tidak tahan dengan suhu di wilayah Queensland yang meningkat hingga di atas 40 derajat Celcius.
Menurut para ahli hewan, mamalia yang aktif di malam hari itu tidak dapat mempertahankan suhu internal tubuhnya lebih dari 40 derajat.
Karena tidak menemukan cara untuk mendinginkan tubuhnya, organ mereka mulai tidak berfungsi sehingga mengakibatkan kematian.
Namun, sejumlah besar bangkai kalong dekat rumah-rumah penduduk kini telah menjadi masalah kesehatan dan lingkungan yang serius.
Warga melaporkan ribuan kalong yang mati di halaman atau kebun mereka, sudah mulai membusuk. Hal itu menimbulkan pencemaran udara berupa bau yang tak tertahankan. Bangkai kalong yang membusuk juga menimbulkan berbagai penyakit.
"Kita berbicara tentang ribuan kelelawar mati di atas berhektare-hektar tanah," kata Pip Schroor, seorang warga Edmonton, kepada Tropic Now.
Schroor mengatakan dia terpaksa mengungsikan anak-anaknya ke Gordonvale karena bau busuk bangkai kalong sudah tidak bisa ditolerir.
"Bahkan bau busuk itu meresap ke dinding dan seprai kami. Ada belatung di mana mana dan darah terus menetes dari atas pohon. Suasana rumah kami seperti film horor sejak hari Senin," tambah Schroor.
Warga Edmonton lainnya, Lisa Eagleton, juga mengalami kondisi yang sama. Halaman, rumah, dan kebunnya dipenuhi bangkai kalong.
"Semua orang telah meninggalkan kami. Badan Taman Nasional dan Satwa Liar, Biosekuriti Queensland, Dinas Kesehatan Queensland, semuanya tidak memberikan bantuan kepada kami," kata Eagleton kepada Tropic Now. (*/ttg)