TUNJUKAN : Akif Fatwal Amin menunjukkan kebun porang miliknya. (IMAM/EKSPRES)
KEBUMEN - Sebelumnya tanaman porang menjadi komoditas andalan bagi para petani. Namun, kini harga umbi dari tanaman yang mempunyai nama latin Amorphophallus Muelleri sedang terjun bebas.
Di beberapa daerah, harga porang turun hingga Rp 2 ribu perkilogram. Padahal saat masih berjaya, harga porang dapat tembus Rp 10 Ribu hingga 14 ribu perkilogram.
Namun, hingga kini perusahaan atau pabrik yang penerima porang belum mengeluarkan daftar harga resmi. Sehingga harga di Kebumen belum bisa ditentukan.
Pelaku atau Petani Pembudidaya Porang Akif Fatwal Amin membenarkan jika telah terjadi penurunan harga porang yang signifikan. Hal ini salah satunya disebabkan adanya penundaan ekspor porang. “Selama masa pandemi terjadi penundan ekspor porang,” tuturnya, Rabu (18/5).
Dijelaskan, selama masa pandemi Covid-19, biaya ekspor mengalami kenaikan tiga kali lipat. Lantaran barang harus dikemas sesuai standar pengamanan Covid. Ini baik di negara asal maupun negara tujuan. “Naiknya harga membuat para pelaku ekspor menunda pengiriman,” ungkapnya.
Adanya penundaan ekspor berdampak pada penurunan penyerapan porang. Sehingga harganya anjlok. Dimana saat permintaan rendah, harga akan turun. “Ini tidak hanya terjadi di Kebumen saja, melainkan juga di kota lain dan menyeluruh,” paparnya.
Sebagai petani, pelaku dan penggiat porang, Akif menegaskan, langkah yang tepat harus dilakukan.
“Saya juga sedang melakukan suatu hal yang mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa membuktikan, bahwa porang dapat dipasarkan di lokal. Sehingga hasil panen porang dapat terserap untuk pangsa pasar lokal sendiri,” jelasnya.
https://radarbanyumas.co.id/umbi-porang-busuk-karena-kadar-air-berlebih-cek-dan-ganti-bibit/
Akif menegaskan, adanya penurunan harga membuat pelaku dan petani porang banyak yang down. Namun Akif mempunyai prinsip, siapapun pelaku usaha yang bisa sukses adalah yang mampu menghadapi tantangan atau persaoalan. (mam)