Rumah Korban Gempa Belum Selesai Dibangun
BANJARNEGARA-Sebagian korban bencana gempa Kalibening harus merayakan Idul Fitri di Pengungsian. Bukan karenan pilihan, namun mereka terpaksa melakukanya karena rumah mereka rata dengan tanah karena gempa yang menimpanya.
Kondisi paling parah dialami warga Desa Kertosari. Desa tersebut mengalami kerusakan terparah. Hingga saat ini, banyak warga yang masih harus tinggal di shelter, rumah sederhana dari terpal dan bambu yang disekat-sekat.
Meski begitu, semangat beribadah pengungsi tidak surut karena minimnya fasilitas yang ada. Dari pantauan yang Radarmas, animo masyarakat menjalani ibadah Ramadan justru terlihat semarak.
Awal ramadan, mereka harus menyelenggarakan solat terawih di masjid sementara. Dan, tetap penuh, bahkan sempat menggelar tikar tambahan untuk menampung jamaah yang membludak.
TAKBIR KELILING : Meski masih dalam suasana prihatin dan tinggal di pengungsian, korban gempa Kalibening tetap antusias mengikuti tradisi takbir keliling.
Namun semarak Ramadan terasa saat malam takbiran tiba. Ratusan warga berbondong-bondong mengikuti pawai takbir. Mereka membawa obor sambil menggelar takbir bersama.
Menurut mereka, pawai itu selama bertahun-tahun silam sudah menjadi tradisi. Sekretaris Desa Kertosari, Arif mengatakan, sampai akhir bulan Ramadan, masih banyak warganya yang menghuni pengungsian.
Paling banyak di Lapangan Desa Kertosari. Ada ratusan keluarga masih menghuni tenda atau shelter yang didirikan relawan. “Sholat Ed juga dilakukan di masjid sementara pengungsian,” ungkapnya.
Masjid itu tepat berada di tepi utara pengungsian. Dibangun dengan material seadanya sumbangan dari Universitas Negeri Semarang. Menurut dia, tidak ada perbedaan perayaan hari raya idul fitri kali ini dengan yang sebelumnya.
“Hanya tempatnya saja yang berbeda, kali ini di pengungsian,” ujarnya. Menurutnya, warganya tetap antusias menjalani ibadahnya selama bulan puasa.
Sutomo, salah satu penghuni shelter kertosari mengungkapkan, selama bulan puasa ia beserta keluarganya tinggal di sana. Dia menempati sepetak shelter berukuran 4 X 5 Meter tanpa alas lantai ataupun kayu.
Hanya terpal dan karpet sebagai lantainya. “Sejak awal puasa saya sudah disini (shelter), sampai lebaran kali ini,” ungkapnya. Sutomo juga menerima kunjungan silaturahmi dari sanak saudara ditempatnya mengungsi saat ini.
Seperti lebaran sebelumnya, Sutomo juga menyiapkan beberapa kebutuhan hari raya sejak satu minggu sebelum hari H tiba. Dia juga membuat jajanan tradisional seperti peyek dan kue lain pada umumnya.
Tak lupa, ada ketupat lebaran dengan opor ayam kampung yang sudah menjadi menu hampir setiap peraya lebaran. Kesemuanya itu dikerjakanya di dapur sempit pengungsian yang penggunaanya harus mengantri dengan penghuni lain.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banjarnegara, Arief Rachman mengatakan, hingga saat ini masih cukup banyak warga/korban gempa Kalibening yang masih harus menempati shelter pengungsian, hingga perayaan Idul Fitri 1439 Hijriyah tiba. MSebab rumah mereka yang rusak dan masih dalam proses perbaikan.
“Setidaknya terdapat 231 rumah rusak berat, 182 rusak sedang dan 280 rusak ringan. Rumah rumah tersebut terletak di Desa Kertosari, Kasinoman, Sidakangen, Plorengan, dan Kalibening. Untuk perbaikanya masih menunggu prosesnya diselesaikan, terutama rumah yang rusak berat atau yang sudah tidak dapat ditinggali sama sekali,” jelasnya. (her)