Pernikahan Bawah Umur di Banjarnegara Capai 30 Persen

Selasa 19-12-2017,07:23 WIB

Banjarnegara – Angka pernikahan di bawah umur atau pernikahan dini di Kabupaten Banjarnegara masih tinggi. Bahkan pada tahun ini, angka pernikahan di bawah umur mencapai 30 persen. Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKB P3A) Banjarnegara, Puji Astuti mengatakan, pernikahan dini di Banjarnegara masih tinggi. Anggota Komisi IX DPRI RI, Amelia Anggraini saat menjadi pembicara dalam integrasi Kampung KB di Desa Dawuhan Kecamatan Madukara, Senin (1812). (DarnoRadarmas) Tingginya angka pernikahan di bawah umur ini menempatkan Banjarnegara pada posisi empat terbawah di Jawa Tengah. Puji menjelaskan, faktor pendidikan dan kemiskinan ikut berkontribusi pada pernikahan di bawah umur di Banjarnegara. "Kalau di desa-desa anak perempuan yang putus sekolah bingung mau apa? Biasanya dinikahkan,” ujarnya saat integrasi Kampung KB di Desa Dawuhan Kecamatan Madukara, Senin (18/12). Penyebab lainnya yaitu karena calon calon pengantin perempuan biasanya sudah hamil, sehingga ketika mengajukan dispensasi nikah disetujui oleh Pengadilan Agama. Tingginya pernikahan di bawah umur menjadi salah satu penyebab Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematiam Bayi (AKB) di Banjarnegara. Menurut dia, usia pernikahan menjadi salah satu indikator keluarga yang berkualitas. Sehingga pihaknya terus melakukan berbagai upaya untuk menekan angka pernikahan di bawah umur. "Kami terus melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat, agar kesadaran masyarakat untuk tidak menikah dini meningkat,” papar dia. Anggota Komisi IX DPR RI, Amelia Anggraini mengatakan, untuk menekan pernikahan dini, harus dilakukan edukasi secara intensif sehingga pemahaman masyarakat untuk menghindari pernikahan dini dan membentuk keluarga yang berkualitas meningkat. Terlebih, saat inu AKB dan AKI di Banjarnegara masih tinggi. Menurut Amelia, diperlukan pendekatan sosial dan budaya untuk mengubah paradigma masyarakat mengenai pernikahan dini. "Perlu dilakukan edukasi secara luas dan terus-menerus bahwa Keluarga Berencana tidak hanya soal dua anak cukup. Namun juga perlu adanya penekanan untuk membentuk keluarga yang berkualitas,” lanjutnya. (drn)

Tags :
Kategori :

Terkait