BANJARNEGARA – Pengusaha carica asal Banjarnegara kalah bersaing dengan pengusaha dari Wonosobo. Kurangnya kekompakan antar pengusaha olahan kuliner dari buah mirip pepaya tersebut menjadi penyebabnya.
Seorang pengusaha carica asal Desa Bakal Kecamatan Batur, Susatrijo Hartojo mengatakan hingga kini pengusaha carica asal Banjarnegara bergerak secara individual. Belum adanya kesadaran, menjadikan ketika dulit diajak bermusyawarah. Selain, itu, para pengusaha carica juga belum memiliki kesamaan pandangan. Misalnya saja ada yang menginginkan wadah dalam bentuk koperasi. Sementara sebagian pengusaha carica lainnya tidak setuju jika usahanya diwadahi koperasi.
Dikatakannya, di Wonosobo sudah berdiri asosiasi bernama APC. Dengan asosiasi ini, mereka bisa membeli buah carica dalam jumlah besar dan masih segar. Bahkan mereka memberi uang "panjer" sebelum buah matang. Sehingga,
mau tidak mau buah carica yang mereka panen disetor ke APC.
Monopoli semacam ini merugikan petani dan pengusaha asal Banjarnegara. "Apabila kita juga mempunyai asosiasi, hal seperti ini bisa dihilangkan sehingga nilai jual carica meningkat, petani yang menanam carica juga bisa lebih banyak
lagi,” paparnya.
Menyadari hal ini, Susatrijo berusaha menghimpun para pengusaha carica asal Banjarnegara. Harapannya bisa bersaing dengan pengusaha carica asal Wonosobo. (drn/nun)