Mengenal Kodir Asal Cilacap, 20 Tahun Mengabdi dalam Misi Kemanusiaan, Dikirim ke Konflik Sampit Madura Saat R

Jumat 03-06-2022,10:31 WIB

CERIA: Kodir (menggunakan topi) saat melakukan pemantauan pasien gangguan jiwa di Panti Sosial Kroya. Sudah 20 tahun lamanya, Muhamad Kodir mengabdikan dirinya pada misi kemanusiaan. Dari merawat, membina hingga menyembuhkan orang-orang yang memiliki gangguan kejiwaan. Bertahun-tahun ia menjadi relawan di berbagai wilayah bencana. Mengobati trauma para korban adalah misinya. Kodir, adalah panggilan akrabnya. Pria yang saat ini sudah berusia kepala empat ini, memiliki aksen bicara yang khas. Logat medok Jawa Timuran-nya atau kota kelahirannya, tidak bisa hilang meski dia kini sudah tinggal bertahun-tahun di Cilacap. Dari usia remaja ia sering mengikuti berbagai komunitas sosial. Untuk itu ia memutuskan untuk masuk Universitas Muhammadiyah Malang jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Bahkan di tahun 2001 saat konflik Sampit Madura ia menjadi salah seorang relawan yang mengobati trauma para pengungsi. "Satu minggu saya di Madura menjadi relawan untuk mengobati trauma para korban," kata dia. Kini, dia bekerja sebagai Aparatur Sipil Negera di Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah. Dan dipindahkan ke Kota Bercahaya yang kini menjabat sebagai Penyuluh Sosial Ahli Muda dan Sub Koordinator Penyantunan dan Rujukan Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap dan Rumah Pelayanan Sosial Cilacap. https://radarbanyumas.co.id/melihat-langsung-adi-sinau-hurip-memanusiakan-odgj/ Dia mengaku merawat orang dengan gangguan jiwa susah-susah gampang. Gampangnya orang dengan gangguan jiwa tidak jauh beda dengan orang normal lainnya hanya saja memorinya kosong sehingga harus diisi dari awal. CERIA: Kodir (menggunakan topi) saat melakukan pemantauan pasien gangguan jiwa di Panti Sosial Kroya. "Sama saja dengan orang normal lainnya, kalau mereka seperti anak kecil, harus diajari dari awal bagaimana cara menggosok gigi, mandi dan lain sebagainya. Dan mereka takut ke petugas, jadi kalau ada petugas bilang awas ada petugas," kata dia. Susahnya menurutnya, kalau lagi kumat mereka suka bertindak yang aneh-aneh seperti memukul, bahkan melukai diri. Apalagi, ketika mereka sudah sembuh, Kodir tetap melakukan pengawasan. "Ada suatu kejadian, salah satu pasien dinyatakan pulih, sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Namun saat di rumah malah membakar rumah. Jadi kami tetap melakukan pengawasan. Dulu juga pernah kena pukul, tapi Alhamdulillah bisa teratasi. Intinya harus wajib sabar," ujarnya. Dia menceritakan, orang dengan gangguan jiwa yang ditangani datang dari berbagai profesi, jenis kelamin, usia dan beragam masalah. Bahkan tak jarang para mahasiswa ada juga yang mengalami gangguan jiwa. "Ada juga yang mengalami putus cinta ditinggal pacar sampai gila. Tapi kita selalu memperlakukan mereka sama, kita ajari agama, seni tari. Bahkan mereka bisa menari dan bernyanyi kompak bersama. Intinya mereka itu sama dengan kita," kata Kodir. Dia menyebutkan, masih banyak masyarakat di luar sana yang masih belum bisa menerima keberadaan orang dengan gangguan jiwa. Tak jarang dari mereka yang sudah sembuh kambuh lagi gara-gara dikucilkan di masyarakat. "Saya selalu menanamkan ke anak-anak saya bahwa bersikap baik kepada orang lain itu sangat diperlukan. Apalagi kepada orang-orang yang lebih tua. Saya di panti lansia ini juga banyak belajar bagaimana lebih menyayangi dan menghargai orang tua," ucapnya . CERIA: Kodir (menggunakan topi) saat melakukan pemantauan pasien gangguan jiwa di Panti Sosial Kroya. Dia menyebutkan, tak jarang dari orang-orang tua ditelantarkan oleh anaknya sendiri hanya karena harta warisan. "Kasusnya kompleks juga di sini, beragam dan bervariasi," katanya. Dari berbagai pengalaman permasalahan yang ia temui, ia masih terus aktif dalam berbagai kegiatan sosial. Bahkan kabupaten di seluruh Jawa Tengah telah ia sambangi demi misi kemanusiaannya tersebut secara sukarela. "Saya ingin menyembuhkan orang-orang yang memiliki trauma, baik dari korban bencana alam maupun permasalahan lainnya. Intinya jangan pelit ilmu apalagi jika kita bisa berguna bagi orang banyak," pungkasnya. Dia pun berharap, Kabupaten Cilacap bisa memiliki rumah singgah, apalagi saat ini panti sosial bagi pasien gangguan jiwa hanya satu, yakni di Kecamatan Kroya. "Kami harap bisa segera dibangun rumah singgah, sehingga bisa pelayanan bagi pasien kesejahtreraan sosial ini, sebelum dikirim ke panti bisa di assesment di rumah sunggah, jika perlu bisa ditangani saja di rumah singgah," imbuhnya. (*/RAYKADIAH/radarbanyumas/ttg)

Tags :
Kategori :

Terkait