Dikelilingi Rawa, Sekolah di Kampung Laut Kerap Libur karena Banjir, Ini Catat Safe and Secure School Environm

Kamis 23-12-2021,10:25 WIB

TAK BERALAS: Dikelilingi rawa dan air, siswa-siswi SDN Ujunggagak memilih tidak bersepatu saat berangkat dan pulang sekolah. NASRULLOH/RADARMAS CILACAP - Dari 35 Kabupaten/ Kota se Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Cilacap disebut sebagai laboratorium bencana. Hampir semua jenis bencana, mulai dari gempa disertai tsunami, gelombang tinggi, kegagalan teknologi, abrasi, kekeringan, banjir, longsor hingga epidemi wabah penyakit ada di Cilacap. Dari sekian jenis potensi bencana, bencana banjir di Kecamatan Kampung Laut merupakan bencana yang hampir setiap tahun terjadi, terutama di saat musim hujan, yang secara langsung juga berdampak pada kegiatan belajar mengajar siswa di sana. Dari catatan proyek Safe and Secure School Environment for Children (S3EC) atau proyek Sekolah Aman dan Lingkungan Nyaman Bagi Anak menyebutkan, banyak anak-anak usia Sekolah Dasar (SD) antara 6 sampai dengan 14 tahun di Kampung Laut yang tidak dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar karena sekolahnya terendam banjir. "Hasil pemetaan kami banyak anak-anak usia SD tidak dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar karena sekolahnya terendam banjir," kata Theresia Kariyah selaku Pimpinan Proyek dari YSBS Mino Martani, setelah Seminar 'Membangun Komitmen Bersama Pendidikan Aman Bencana di Kabupaten Cilacap' di Fave Hotel, Rabu (22/12). Hasil monitoringnya, kualitas bangunan sekolah di Kampung Laut yang kurang mendukung berpotensi memberikan kondisi yang tidak aman bagi siswa untuk belajar. Belum lagi melihat lokasi Kampung Laut yang cukup rentan dengan ancaman bencana banjir, angin puting beliung, gempa, dan tsunami. "Air laut pasang biasanya terjadi tiga sampai lima kali dalam setahun, dan air masuk ke lingkungan sekolah selama dua-tiga hari. Kondisi tersebut tentunya menjadi sangat berbahaya bagi anak untuk belajar," imbuh dia. Melalui proyek S3EC, sedikitnya pihaknya menyasar sembilan SDN di Kampung Laut, yakni SDN 01 Panikel, SDN 02 Panikel, SDN 03 Panikel, SDN 01 Ujunggagak, SDN 02 Ujunggagak, SDN 03 Ujunggagak, SDN 01 Ujungalang, SDN 02 Ujungalang, dan SDN 03 Ujungalang. Proyek yang sudah berlangsung sejak 2019 sampai 2021 ini, tidak hanya menyentuh pada perbaikan minor atau mayor infrastruktur sekolah. Tetapi juga menyasar pada pembangunan kapasitas tenaga pendidik dan komite sekolah untuk bersedia menerapkan prinsip sekolah aman dan juga mengintergrasikan proses Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dalam pembelajaran sekolah dasar. "Proyek ini sekaligus menyentuh pada pembangunan, pengetahuan, pemahaman pada siswa untuk mengerti dengan baik tentang mitigasi bencana yang kemungkinan dapat terjadi di lingkungan sekitar mereka," tandas Kariyah. Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap Widjonardi menyampaikan, pengetahuan dan pengenalan PRB di tingkat siswa merupakan sesuatu yang cukup penting. https://radarbanyumas.co.id/bmkg-awas-potensi-rob-di-pesisir-selatan-cilacap-diprediksi-18-22-desember/ Dalam dunia pendidikan, PRB dimulai dengan kegiatan mitigasi yang dapat dikenalkan dengan pengenalan rambu-rambu, seperti pengecetan pohon seperti warna merah, jingga, atau hijau yang memiliki arti masing-masing. "Merah itu daerah bahaya, jingga masih cenderung waspada, dan hijau bisa dikatakan aman," kata Widjonardi. (nas)

Tags :
Kategori :

Terkait