Disorot, 100 Kasus HIV/AIDS di Cilacap Ditemukan Pada Pelajar di Semua Tingkatan, Kampus Juga Tak Luput dari K

Jumat 17-12-2021,09:05 WIB

SOSIALISASI: Sebagai bentuk pencegahan, KPA Cilacap Sosialisasi Pencegahan dan Penanggulangan HIV AIDS di SMA N 1 Adipala, Kamis (16/12). NASRULLOH/RADARMAS CILACAP - Dunia pendidikan kembali mendapat sorotan. Pasca tindakan di luar nalar yang dilakukan oknum guru pesantren di Jawa Barat, lalu ada juga oknum guru yang berbuat nekat di jam istirahat di Banyumas, kini dunia Kabupaten Cilacap juga perlu mendapat perhatian serius. Bukan soal kasus asusila yang marak seperti yang terjadi di beberapa daerah. Namun juga tak bisa dianggap remeh. Yakni terkait kasus HIV/AIDS yang kini mulai merambah dunia pendidikan. Berdasarkan temuan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Cilacap, setidaknya tidak kurang dari 100 kasus HIV/AIDS ditemukan pada pelajar di semua tingkatan. Manajer Kasus KPA Kabupaten Cilacap Rubino Sriadji menyampaikan, di dunia pendidikan Cilacap, kasus HIV-AIDS ada di semua tingkatan jenjang mulai dari TK, SD, SMP, SMA/SMK dan Universitas. "Saat ini yang kita tangani ada delapan. Kalau kita korelasikan dengan kasus pelajar meninggal dengan ciri-ciri HIV, sangat mungkin mencapai ratusan," kata Rubino setelah Sosialisasi Pencegahan dan Penanggulangan HIV AIDS di SMA N 1 Adipala hasil kerja sama dengan PT Indonesia Power PLTU Jateng 2 Adipala OMU, Kamis (16/12). Rubino yang juga Manajer Voluntary Counselling and Testing (VCT) Cahaya Puspita Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cilacap menambahkan, dari pemantauan pihaknya, pasien HIV/AIDS usia muda kurang mendapatkan dukungan orang terdekat, baik secara mental atau pengobatan. "Kondisi saat ini, beberapa pelajar yang positif sudah meninggal dunia. Data kami menyebutkan usia paling tinggi yang meninggal terbaru di usia kelas 3 SMK. Di lain pihak kita menemukan ada 8 anak yatim/piatu (positif HIV) diasuh oleh keluarga yang miskin, sehingga gizi tidak terpenuhi, pengobatan tidak teratur, yang artinya potensi meninggal tinggi," imbuh dia. Hasil komunikasi dengan pasien, pelajar dengan HIV/AIDS cukup tergiur dengan aktivitasnya yang menjajakan diri secara online. "Mirisnya mereka merasa menikmati, mungkin karena pikirannya sama-sama mau. Padahal di situ ada transaksi. Selain itu, beberapa pelajar yang positif rata-rata yang memiliki kelainan sex, seperti laki-laki suka laki-laki (LSL). Dan pelajar jenis ini menjadi sasaran empuk komunitas LSL," terangnya. Yang mungkin tidak disadari oleh pasien adalah, meski perilaku LSL tidak beresiko secara hukum, tetapi cukup beresiko secara kesehatan. Selain kasus di dunia pendidikan dari tingkat TK sampai dengan SMA/SMK, data KPA Cilacap juga menyebutkan kalau di level mahasiswa juga tidak lebih baik. https://radarbanyumas.co.id/waduh-hivaids-merata-di-seluruh-kecamatan-di-cilacap-potensi-baru-dari-kelompok-rentan-terselubung/ "Di data kita hampir semua kampus di Cilacap, itu kita menemukan, ada mahasiswanya yang positif HIV. Ini yang sempat menjadi pertanyaan kita, kenapa bisa ada di semua kampus. Tetapi mungkin itu tidak lepas dari proses saat masih pelajar jenjang menengah," terangnya. Data-data tersebut Rubino menjelaskan, rata-rata didapatnya saat mereka sakit, kemudian memeriksakan ke fasilitas kesehatan (Faskes), dan awalanya teridentifikasi terdapat TBC kemudian terkonfirmasi HIV. "Ada juga yang diperoleh dari pemeriksaan VCT Mobile, mereka suka rela memeriksakan, dari situ kita dapatkan pelajar dan mahasiswa," tandas dia. (nas)

Tags :
Kategori :

Terkait