KUA Diserbu Calon Pengantin, Petugas Sampai Kewalahan

Sabtu 16-07-2016,09:06 WIB

MAJENANG - Perayaan idul fitri dan libur lebaran kemarin dianggap waktu ideal bagi pasangan muda-mudi untuk melangsungkan akad nikah. Hari bahagia ini sekaligus sebagai ajang kumpul keluarga. Kondisi ini membuat Kantor Urusan Agama (KUA) dipadati warga yang ingin mensyahkan dan mencatat pernikahan mereka. Seperti yang terpantau Radarmas Jumat (15/7) kemarin, tercatat ada enam pasangan yang menikah di KUA Majenang. Sisanya ada empat pasang yang menikah di rumah kediaman pengantin putri dan meminta penghulu untuk hadir guna mensyahkan dan mencatat pernikahan tersebut. Usai salat jumat, petugas masih harus menikahkan empat pasangan di kantor KUA. "Hari ini (kemarin-red) ada enam yang menikah di kantor. Empat lainnya di luar (kantor) KUA," ujar Kepala KUA Majenang, Nono Carsono, kemarin. Dia mengatakan, hari pertama masuk kerja Senin (11/7) menjadi puncak kesibukan petugas penghulu disana. Pasalnya, ada sepuluh pasangan yang menikah di kantor KUA. Hal ini memaksa dua penghulu yang ada di sana bekerja ekstra keras dan menikahkan seluruh pasangan."Senin kemarin langsung banyak dan menjadi puncak," katanya. Sebelumnya, dua penghulu di KUA Majenang itu juga harus melayani permintaan masyarakat untuk menikahkan pasangan pengantin, tepat di malam lebaran. Otomatis, pernikahan ini dilakukan diluar kantor karena bertepatan dengan cuti bersama dan libur nasional."Malam lebaran juga banyak yang menikah. Pernikahan tidak bisa dikantor karena berada di luar jam kerja," katanya. Carsono memastikan, pernikahan yang dilangsungkan di kantor KUA dibebaskan dari biaya apapun alias gratis. Sementara pernikahan di luar kantor atau dirumah pengantin dibebani biaya Rp 600 ribu dan langsung disetorkan ke kas negara melalui rekening bank. Hal ini sesuai dengan aturan. "Kalau nikah di kantor gratis," ujarnya. Tingginya jadwal pernikahan di kantor KUA dan permintaan warga untuk menghadirkan penghulu, diakuinya cukup merepotkan. Pasalnya, petugas KUA khususnya penghulu harus mendatangi rumah pengantin dan kembali ke kantor. "Cukup repot. Tapi tetap kita layani dan kita usahakan semaksimal mungkin biar tidak ada masalah. Sepanjang persyaratan administrasi dan syariat islam terpenuhi, pasti kita nikahkan," tandasnya. Sementara itu, sejumlah warga mengaku sengaja memilih hari pernikahan berbarengan atau pasca idul fitri. Alasannya karena warga melihat lebaran merupakan kesempatan untuk berkumpul dengan seluruh anggota keluarga. Disamping itu, mereka yang menikah di malam lebaran akan membawa nuansa baru saat bersilaturahmi ke sanak keluarga karena sudah sah menjadi pasangan suami istri. "Jadi saat berkunjung ke kerabat sudah bisa gandengan," ujar Mingun, salah satu warga Kecamatan Majenang. (har/ttg)

Tags :
Kategori :

Terkait