Flu Babi di Indonesia Bukan Tipe G4

Selasa 14-07-2020,13:45 WIB

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Achmad Yurianto JAKARTA - Ancaman pandemi virus flu babi baru (G4 EA H1N1) wajib diwaspadai. Namun, Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memastikan virus baru tersebut belum ditemukan di Indonesia. Meski demikian tetap harus diwaspadai. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Achmad Yurianto mengatakan dibutuhkan peningkatan pemahaman serta kewaspadaan dari pemerintah dan masyarakat dalam antisipasi masuk virus flu babi G4. Dikatakannya, pada 2009, WHO menyatakan Influenza A (H1N1) sebagai pandemi. Sebab virus tersebut menyebar ke lebih dari 200 negara di dunia, termasuk Indonesia. "Namun, virus Influenza A (H1N1) yang menimbulkan pandemi tahun 2009 berbeda dengan virus flu babi baru H1N1 (G4 EA H1N1) yang ditemukan oleh ilmuwan Tiongkok," katanya dalam keterangannya, Senin (13/7). Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan I Ketut Diarmita mengatakan hal yang sama. Terkait flu babi baru (G4 EA H1N1) hingga kini belum ditemukan di Indonesia. Kesimpulan ini diperoleh berdasarkan hasil surveilans dan analisa genetik yang dilakukan Unit Pelaksana Teknis Laboratorium Veteriner Kementerian Pertanian, yaitu Balai Veteriner Medan dan Balai Besar Veteriner Wates. "Hasil surveilans kami menunjukkan bahwa virus flu babi yang pernah ditemukan di Indonesia, terbukti berbeda dengan virus flu babi baru (G4 EA H1N1)," katanya. Dijelaskannya, pihaknya telah melakukan langkah deteksi dini. Pihaknya bersama FAO dan Lembaga Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) telah mengembangkan influenza virus monitoring (IVM) online untuk memonitor mutasi virus influenza sejak 2014. "Langkah lain yang dilakukan adalah surveilans berbasis risiko untuk flu babi serta karakterisasi virusnya," bebernya. Dikatakannya, untuk meningkatkan kewaspadaan, Kementan juga telah menerbitkan Surat Edaran tentang Peningkatan Kewaspadaan Terhadap Galur Baru Virus Flu Babi H1N1 (G4 EA H1N1). Dalam surat edaran ini, pihaknya mengajak seluruh pihak terkait untuk meningkatkan kerja sama, mewaspadai, dan menyiapkan rencana kontingensi kemungkinan masuk dan munculnya G4 EA H1N1 di Indonesia. "Kita terus lanjutkan dan perkuat kerja sama One Health yang sudah berjalan baik dengan Kementerian Kesehatan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dengan koordinasi dari Kemenko PMK," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas Direktur Kantor Kesehatan USAID Indonesia Pamela Foster menyebut pandemi COVID-19 harus dijadikn sebagai pengingat kewaspadaan dan kesiapsiagaan. Amerika Serikat, melalui USAID, mengapresiasi dapat bermitra dengan Indonesia untuk membangun sistem yang membantu mencegah, mendeteksi, dan merespons ancaman ini. "Kemitraan ini sangat penting bagi kemampuan kita untuk menghentikan atau meminimalkan dampaknya. Memahami risiko-risiko pandemi menjadi langkah kunci dalam upaya tersebut, dan seminar ini menunjukkan komitmen Pemerintah Indonesia terhadap keamanan kesehatan," kata Pamela. Sebelumnya, Direktur Penyakit Menular WHO South-East Asia Region (SEARO) Tjandra Yoga Aditama mengatakan virus flu babi G4 EA H1N1 bukanlah virus baru dan satu-satunya cara untuk mengantisipasinya adalah dengan pengawasan. "Sudah dalam surveilans sejak beberapa waktu yang lalu, jadi bukan virus yang baru," katanya. Virus tersebut telah dilaporkan oleh pemerintah China dan berada di bawah pengawasan sejak 2011 serta sudah ada beberapa publikasi sebelumnya tentang virus itu. Menurutnya, virus G4 dan tipe lain dari flu babi dan flu burung akan terus berevolusi. "Sehingga untuk itu satu-satunya jalan memang harus dimonitor secara terus-menerus, bukan hanya monitor ada atau tidaknya, tapi juga dimonitor kemungkinan risiko terjadinya pandemi," ujarnya.(gw/fin)

Tags :
Kategori :

Terkait