Muwardi, Perajin Blangkon Asal Desa Tegalpingen

Kamis 29-06-2017,19:08 WIB

- Blangkon Gino dan Sudirmanan Paling Banyak Dipesan - Pelanggan dari Luar Purbalingga Muwardi, warga Desa Tegalpingen RT 03 RW 03 Kecamatan Pengadegan, menguasai seni patung, seni ukir, seni lukis, dan keterampilan membuat blangkon. Hanya saja saat ini yang benar-benar menjadi sumber pendapatannya membuat blangkon. BERTAHAN : Muwardi menjadi salah satu perajin blangkon di Purbalingga yang masih bertahan. (GALUH WIDOERA/RADARMAS) Keterampilan membuat blangkon dipelajari dari almarhum kakeknya. Pria kelahiran 1967 ini saat kecil sering diminta membantu kakeknya membuat blangkon. Dari belanja bahan hingga nuthuki (pres) blangkon dia pelajari. "Sekitar tahun 1990, saya baru memulai usaha membuat blangkon secara mandiri," terang Muwardi. Pria tiga anak ini tidak bergantung pada keterampilannya. Sepinya pelanggan pada saat itu membuatnya juga harus bekerja sebagai tukang bangunan. "Tahun 1994 saya juga sempat jadi penayagan (pengiring, red) dalang Gino Desa Notog. Karena tahu saya bisa membuat blangkon, almarhum meminta saya membuatkan desain khusus untuk beliau dan tim penayagan," tuturnya. Sejak saat itu, banyak rekan-rekannya sesama seniman dan penayagan yang memesan blangkon darinya. Terlebih banyak yang pesan blangkon model Gino. Yakni blangkon kreasi dengan lawiran (kain belakang) yang seperti layar perahu. "Saat ini blangkon kreasi yang sering dipakai almarhum Gino lebih dikenal dengan blangkon ginoan atau blangkon perahu layar," jelasnya. Sepeninggal Dalang Gino, Muwardi fokus memproduksi blangkon di rumahnya. Sayangnya pesanan justru banyak datang dari luar kota Purbalingga. “Kebanyakan pesanan dari Banyumas, Purwokerto, Cilacap, Banjarnegara, dan Bandung. Kebanyakan yang pesan dengan model khusus atau model kreasi sendiri,” kata Muwardi. Muwardi bisa membuat model khusus pesanan pelanggan asalkan ada model atau contoh blangkon. Kalau tidak, bisa dengan membawa gambar blangkon yang dimaksudkan pelanggan. Hingga saat ini, sudah banyak model blangkon yang dibuat. Yakni wiratmajan dengan jengkolan dan dua kain yang tergerai di belakang. Kemudian blangkon jogjaan dengan umbu-umbu (kain atas) seperti di Bali. Selain itu, kreasinya yang sedang laris manis yakni blangkon seperti yang dipakai oleh Jenderal Soedirman. “Saat ini banyak yang kesengsem dengan model Sudirmanan. Awalnya pesanan dari Cilacap dengan model Meretan, kemudian dikreasikan sedemikian rupa agar mirip dengan blangkon yang dipakai Jenderal Soedirman,” terangnya. Muwardi menjamin dengan harga Rp 100 ribu – Rp 200 ribu per blangkon, pelanggan mendapatkan kualitas terbaik. “Saya jamin, blangkon bikininan saya awet dan nyaman digunakan. Sebab untuk pelanggan personal saya tidak menyediakan stok. Kalau ada yang kesini beli satuan saya ukur dulu lingkar kepalanya agar saat dipakai terasa nyaman, tidak sesak atau kedodoran,” terangnya. Pesanan paling banyak didapat saat HUT Banyumas. Dalam dua bulan ia mengerjakan hampir 500 blangkon. “Kalau tiba musimnya hari ulang tahun Banyumas, kami sekeluarga semuanyasampai anak saya yang paling kecil menjadi perajin blangkon,” katanya sambil tersenyum. Menurut Muwardi, dia saat ini menjadi satu-satunya perajin blangkon yang masih bertahan di Purbalingga. Meski demikian, Muwardi kadang miris. Pasalnya, blangkon buatannya kalah bersaing dengan blangkon dari Yogyakarta, Solo, dan Pekalongan yang harganya lebih miring. “Saya bertahan dengan kualitas, jadi tidak bisa mengerjakan dengan asal-asalan. Kalau ada pelanggan ke sini bawa bahan sendiri, saya kasih harga jasa untuk membuat satu blangkon Rp 65 ribu,” ujarrnya. Muwardi juga menyatakan kesiapannya bila Kabupaten Purbalingga ingin membuat desain blangkon khas, hanya untuk Purbalingga. “Saat ini tradisi berbusana dengan adat Jawa mendapat perhatian khusus dari pemerintah dengan wajibnya ASN menggunakan pakaian tradisional tanggal 18 setiap bulan. Kalau pakaian adat itu dibuat khas khusus Purbalingga dengan model blangkon yang khas Purbalingga, saya siap mengerjakannya,” pungkasnya. (*/sus)

Tags :
Kategori :

Terkait