Koordinasi Pengaturan Pintu Air Diperketat untuk Minimalisir Genangan

Minggu 19-10-2025,10:33 WIB
Reporter : Regina Gayuh
Editor : Susi Dwi Apriani

CILACAP, RADARBANYUMAS.CO.ID - Menjelang puncak musim hujan, pengaturan pintu air di sejumlah wilayah Kabupaten Cilacap kembali menjadi perhatian. Pasalnya, sistem buka-tutup pintu air tidak hanya menentukan lancarnya aliran air, tetapi juga berpengaruh langsung terhadap kondisi sawah dan permukiman warga.

Kepala Bidang Drainase Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Kabupaten Cilacap, Moch. Munif, mengatakan bahwa penggunaan pintu air harus benar-benar disesuaikan dengan kondisi lapangan dan cuaca harian. Menurutnya, ada beberapa titik yang menjadi pertimbangan utama petugas dalam mengambil keputusan.

“Ada dilema yang harus kami hadapi di lapangan. Di satu sisi, air perlu dialirkan ke sawah agar tidak merendam tanaman. Tapi di sisi lain, kalau pintu air dibuka terlalu lebar, risiko genangan di permukiman juga meningkat,” ujar Munif.

Ia menjelaskan, selama ini pengaturan pintu air menjadi kunci utama dalam mengurangi risiko banjir di kawasan perkotaan Cilacap. Namun, saat hujan turun terus-menerus dengan intensitas tinggi, kapasitas saluran dan pintu air tidak selalu mampu menampung debit yang datang secara bersamaan dari hulu dan drainase perkotaan.

BACA JUGA:Kurangi Genangan, Dinas PSDA Cilacap Benahi Drainase Jalan Salam

“Ketika curah hujan tinggi, pintu air tidak selalu bisa menjadi solusi optimal. Semua tergantung dari elevasi, kapasitas saluran, dan kondisi sungai di sekitar wilayah tersebut,” jelasnya.

Munif menambahkan, kondisi geografis Cilacap yang datar menjadi tantangan tersendiri. Banyak sungai di kawasan perkotaan memiliki jarak pendek dan elevasi hampir sama, sehingga proses pengaliran air ke laut atau sungai besar menjadi lambat. Hal ini berbeda dengan daerah seperti Jakarta, yang sudah menerapkan sistem otomatis berbasis teknologi digital.

“Seperti di Jakarta itu ada Sungai Ciliwung yang pintu airnya sudah otomatis dan terhubung dengan early warning system. Jadi ketika debit naik, sistem langsung merespons dan memberi peringatan dini kepada warga sekitar. Kalau di Cilacap, kebetulan sistemnya masih manual dan sangat bergantung pada pemantauan petugas di lapangan,” ungkap Munif.

Pentingnya peran petugas di lapangan juga menjadi faktor utama dalam menjaga kestabilan aliran air, terutama saat hujan deras berlangsung. Munif menyebut, para petugas pengatur pintu air dituntut sigap dan harus terus berkoordinasi, baik dengan tim lapangan maupun pos pengawasan di tingkat kecamatan.

BACA JUGA:Alihfungsi Lahan di Cilacap Jadi Pemicu Semakin Banyak Genangan di Perkotaan

“Mereka harus selalu siaga, apalagi di musim hujan seperti sekarang. Setiap perubahan debit air harus segera dilaporkan agar bisa dilakukan tindakan cepat, misalnya membuka sebagian pintu atau menutup sementara untuk mengatur aliran,” kata Munif.

Ia menegaskan, meskipun pengaturan pintu air di Cilacap masih dilakukan secara manual, pihaknya memastikan sistem koordinasi antarpetugas tetap berjalan dengan baik.

“Koordinasi di lapangan itu penting. Kami terus melakukan pemantauan dan komunikasi agar tidak ada keterlambatan dalam mengambil keputusan. Intinya, semua bergerak cepat saat kondisi darurat,” jelasnya.

Munif juga mengimbau masyarakat untuk selalu ikut berperan dalam menjaga kelancaran saluran air dengan tidak membuang sampah ke drainase atau sungai. (gia)

Tags :
Kategori :

Terkait