RADARBANYUMAS.CO.ID - Pernah gak sih kamu ngerasa HP Android yang kamu pake itu kayak anak tiri?
Soalnya, setiap kali Google ngumumin Android versi baru, kamu cuma bisa ngelus dada sambil liat HP masih stuck di versi lama.
Padahal kamu udah semangat pengen nyobain fitur-fitur baru yang dipamerin di acara peluncuran Android.
Tapi kenyataannya? Gak semua HP langsung dapet update. Bahkan banyak yang harus sabar berbulan-bulan. Atau lebih parah lagi, gak dapet sama sekali.
BACA JUGA:Samsung Galaxy A24: Handphone 3 Jutaan dengan Layar Super AMOLED dan Siap Update Android 15!
Sebenarnya, masalah ini bukan hal baru. Ini adalah bagian dari “penyakit lama” yang udah cukup mengakar di dunia Android, dan dikenal dengan istilah fragmentasi.
Fragmentasi ini bikin ekosistem Android jadi kayak puzzle raksasa yang kepingannya gak selalu cocok satu sama lain.
Di satu sisi, Android punya banyak kelebihan karena bisa dipake di berbagai merek dan jenis HP. Tapi di sisi lain, itu juga yang bikin proses update jadi ribet banget.
Masalahnya bukan cuma karena Android itu open-source dan bebas dimodifikasi. Tapi lebih ke fakta bahwa terlalu banyak pemain yang terlibat di balik satu pembaruan sistem.
BACA JUGA:Samsung Galaxy A30: Handphone Stylish Harga Terjangkau dengan Fitur Mewah dan Performa Tangguh
Ketika Google merilis versi baru Android, itu baru awal dari proses yang panjang banget. Google cuma ngasih kode mentahnya, semacam cetakan dasar.
Setelah itu, produsen HP harus ngoprek dulu sistem itu supaya sesuai dengan UI khas mereka—kayak Samsung dengan One UI atau Xiaomi dengan HyperOS.
Modifikasi ini gak bisa asal-asalan, karena mereka juga harus memastikan semua fitur berjalan lancar di berbagai perangkat yang mereka punya, dari flagship sampai yang paling murah.
Nah, kalau kamu pikir itu aja udah cukup bikin lama, tunggu dulu. Chipset atau otak dari HP kamu juga punya peran penting di sini.
BACA JUGA:Samsung Galaxy A30s RAM 4GB: Handphone Stylish dengan Performa Tangguh dan Harga Terjangkau