Dedi Panji Irawan (31), sejak kecil sudah hobi 'berantem'. Baginya, itu dijadikan sarana untuk melepas stres. Cita-citanya memang ingin jadi Muaythai. Itu dulu, sekarang mimpinya lain lagi. Punya sasana sendiri, dan bisa mencetak banyak atlet berprestasi.
JUNI R, Purwokerto
Begitu lulus SD, Dedi sapaan akrabnya langsung merantau. Mengadu nasib ke Bekasi. Dari sana ia lalu dikenalkan oleh temannya dengan Muaythai.
"Latihannya sejak 2011, tadinya ikut teman dari Surabaya, terus dia atlet tinju ngajak saya diajakin latihan Tangerang dari Tangerang 2013 latihan pindah ke Tebet. Setelah itu saya ke Sparta Pluit," ujar pria asli Pekuncen itu.
Karena ia berlatih di Elit Training Camp, Dedi dapat julukan Dedi Elit. Nama itu, masih dipakai sampai sekarang.
"Basic beladiri Muaythai dapatnya tinju, tahun 2016 tanding, mainnya pro tidak pernah main amateur," tuturnya.
Ia punya alasan tersendiri tidak berlaga untuk kelas amatir. Karena amatir harus ikut KONI.
"Dulu ikut KONI tidak gampang," paparnya.
Meski begitu, gairah untuk menjadi atlet profesional tidak pernah surut. Jalan untuk meraih mimpinya juga sulit. Dengan segala rintangan dan keterbatasan ia tidak menyerah.
"Setiap mau tanding latihan sendiri. Karena tidak ada lawan sparing, saat itu ada tapi di Cilacap," terangnya.
Untuk fasilitas latihan, juga seadanya. Tidak ada sasana. Apalagi beragam alat-alat untuk menopang fisik atlet Muaythai.
"Pakai batu dan ember. Ember digantung, diisi batu buat ngencengin leher, selain itu lari-lari," paparnya.
Khusus latihan lari, ia sangat serius. Rutenya biasanya dari Pekuncen - Purwokerto. Pulang pergi, ia lari.
Tempat latihannya juga hanya di bawah pohon. Sangat sederhana. Tetapi, ia tidak pernah malas berlatih.
"Kalau latihan sendiri. Dibawah pohon Mangga. Samsak ban mobil luar," paparnya.