Harga Cabai Naik, Petani di Banjarnegara Rugi Akibat Gagal Panen karena Serangan Patek

Jumat 26-07-2024,18:23 WIB
Reporter : Pujud Andriastanto
Editor : Susi Dwi Apriani

BANJARNEGARA, RADARBANYUMAS.DISWAY.ID - Meskipun harga cabai melonjak drastis, para petani justru merugi besar karena gagal panen. Penyebab utamanya adalah serangan patek yang membuat cabai busuk dan mengering sebelum dipanen. Petani harus menanggung kerugian hingga jutaan rupiah akibat kondisi ini.

Kondisi kemarau saat ini membuat petani cabai di Desa Kutawuluh, Kecamatan Purwanegara, Banjarnegara, menghadapi dilema. Mereka terpaksa menyiram tanaman dengan mesin pompa untuk mengatasi kekurangan air, namun rutinitas penyiraman ini justru mengundang serangan patek. 

Petani tak bisa berbuat banyak karena meskipun telah menggunakan berbagai jenis obat pertanian, serangan patek tetap saja tidak bisa diatasi.

“Patek sudah menyerang sejak lama, dan hingga kini kami belum menemukan obat yang efektif untuk mengatasinya. Ini membuat tanaman cabai kami kering sebelum waktunya panen,” ungkap Slamet Waluyo, salah seorang petani cabai di Desa Kutawuluh, Jumat (26/7/2024).

BACA JUGA:Harga Cabai di Pasar Kota Banjarnegara Melonjak Drastis

BACA JUGA:Kecamatan Rakit Banjarnegara Jadi Sentra Benih Ikan Terbesar di Jawa Tengah

Slamet menyebutkan, kerugian yang dideritanya mencapai Rp 5 juta. Biasanya, tanaman cabai aman dari serangan patek pada musim kemarau.

Namun, kemarau kali ini berbeda. Patek menjadi penyebab utama gagalnya panen cabai, merusak harapan dan merugikan petani.

Petani lainnya juga mengeluhkan hal serupa. Meskipun sudah berupaya semaksimal mungkin dengan penyemprotan berbagai jenis obat, serangan patek tetap saja tak bisa dicegah. 

"Kami pasrah, tidak ada lagi yang bisa kami lakukan selain berharap ada solusi dari pihak terkait," kata Slamet.

Di tengah situasi ini, petani berharap adanya bantuan atau solusi dari pemerintah atau pihak terkait untuk mengatasi serangan patek.

Tanpa penanganan yang efektif, mereka khawatir kerugian akan terus bertambah, sementara harga cabai yang melambung tinggi belum mampu menyelamatkan nasib petani. (jud)

Kategori :