Melihat Taufiqqur Rahman, SE, Pengusaha Jamur Tiram Purwokerto
Menekuni budidaya Jamur Tiram sejak duduk di bangku kuliah semester III tahun 1991 silam, sudah lebih dari 30 tahun Taufiqqur Rahman, SE (54) istikomah sebagai pengusaha. Tak ada penyesalan pada diri warga Pabuaran Purwokerto Utara tersebut dua kali menolak peluang pemberkasan CPNS di Lampung dan Purwokerto karena lewat usaha Jamurnya, panen tertinggi sampai 800 kilogram dengan omset menyentuh angka Rp 300 juta dalam satu bulan pernah dirasakannya.
Yudha Iman Primadi/Purwokerto
Ditemui Radarmas di green house budidaya Jamur miliknya seluas 3.000 meter persegi di atas tanah milik Kelurahan Purwanegara Purwokerto Utara yang disewanya pada Selasa (4/6) siang, Taufiq dengan sambutan ramahnya menerima semua relasi, mitra dan pengunjung yang datang. Tanpak beberapa pekerjanya sibuk mengukus media tanam dari serbuk kayu dan menyirami Jamur pada logbag.
BACA JUGA:Muhamad Abdullah Kini Pimpin Kantor Pencarian dan Pertolongan Cilacap
"Kalau panen sudah tadi pagi. Panen lagi besok menunggu tumbuhnya jamur lagi," katanya.
Taufiq menjelaskan kondisi saat ini untuk usaha Jamur Tiramnya relatif stabil meskipun belum sebaik sebelum pandemi melanda. Sebelum adanya Covid-19, rekor panen tertingginya dalam satu hari menyentuh angka hingga 800 kilogram jamur dengan omset kisaran Rp 300 juta per bulan dengan harga Jamur Tiram per kilogramnya Rp 14 ribu.
"Sekarang relatif stabil. Untuk panen sekitar 200 sampai 300 kilogram sehari dengan omset kisaran Rp 100 juta perbulan," terang dia.
BACA JUGA:Penyembelih Hewan Kurban Diminta Jaga Syariat Islam
Disinggung terkait perjuangannya sebagai pengusaha Jamur Tiram yang sukses di Purwokerto, awal dirinya menekuni budidaya jamur sejak tahun 1991 saat dia masih berkuliah di Jurusan Ekonomi Unsoed. Meski bukan mahasiswa Pertanian, kesukaannya akan Jamur menghantarkannya hingga ke Pulau Sumatera setelah lulus kuliah guna mengembangkan budidaya jamur di Lampung. Keberhasilan membudidayakan jamur di Lampung sekitar dua tahun bahkan membuka jalannya menjadi seorang CPNS di Bappenda meski akhirnya peluang pemberkasan ditolaknya.
"Passion saya bukan disitu. Saya tidak menyesal memilih pulang ke Banyumas. Mungkin kalau saya menjadi PNS, usaha saya tidak bisa berkembang seperti sekarang," ungkap Taufiq.
Setelah sekian tahun kembali ke Banyumas dan membuka usaha Jamur Tiram yang diberinya nama Pabuaran Fresh Mushroom, tawaran mengajar sebagai dosen terbang di Unsoed sempat diterimanya. Berbagi ilmu otodidak dan pengalaman terkait budidaya jamur yang ditekuninya pada mahasiswa, lagi-lagi peluang pemberkasan CPNS untuk yang kedua kalinya kembali datang. Sedikit kaget dan kurang percaya karena ditawari peluang untuk pemberkasan, jalan untuk menjadi abdi negara tetap ditolaknya.
BACA JUGA:Hingga Juni, BPBD Cilacap Salurkan 9 Tangki Air Bersih untuk Lima Desa Terdampak Kekeringan
"Alhamdulillah sampai sekarang istikomah sebagai pengusaha Jamur. Sedikit banyak hasilnya saya syukuri," sambungnya.
Kini dengan terus berkembangnya Pabuaran Fresh Room, pemasaran Jamur Tiramnya sampai ke Yogyakarta, Pemalang dan Cirebon di luar pesanan-pesanan rutin dari beberapa supermarket dan rumah makan di Purwokerto yang juga wajib dilayaninya. Bagi warga Banyumas dan sekitarnya yang berminat untuk membeli Jamur Tiram sedikit maupun banyak atau sekedar ingin belajar membudidayakan jamur, Taufiq membuka pintu greem housenya lebar-lebar.