Berjuang Demi Kesekolah, Pelajar SDN 3 Lebakwangi Banjarnegara Harus Nyeberang Sungai Berjalan Kaki

Berjuang Demi Kesekolah, Pelajar SDN 3 Lebakwangi Banjarnegara Harus Nyeberang Sungai Berjalan Kaki

PERJUANGAN KE SEKOLAH : Pelajar SDN 3 Lebakwangi, Kecamatan Pagedongan, menyebrang Sungai Mondo untuk berangkat dan pulang sekolah dari rumah mereka yang berada di di Dusun Panggung Wetan, Desa Duren, Kecamatan Pagedongan, Senin (18/7). (DIMAS PRABOWO/RADARMAS ) BANJARNEGARA – Dengan berjalan kaki, siswa dari Dusun Panggung Wetan, Desa Duren, Kecamatan Pagedongan, harus menyeberangi Sungai Mondo setiap mau berangkat ke sekolah. Hal itu dilakukan karena tidak ada jembatan. Meskipun sudah terbiasa, warga merasa takut karena Sungai Mondo cukup lebar dan aliran airnya deras. Jika hujan, siswa memilih tidak berangkat atau terlambat karena debit air yang meningkat. Seorang warga Dusun Panggung Wetan, Rumini (43) mengatakan, harus menyeberangi Sungai Mondo untuk mengantar anaknya Arfan (7) berangkat sekolah di SDN 3 Lebakwangi Kecamatan Pagedongan. Rumini yang juga alumni SDN 3 Lebakwangi sudah merasa terbiasa, meski setiap menyeberang rasa takut tetap menghantui karena sungai bukan tempat yang ramah untuk manusia kalau tiba-tiba banjir. “Ya ada rasa takut. Tapi demi ngantar anak,” kata Rumini, Senin (18/7). Dikatakan Rumini, anaknya yang baru masuk sekolah dasar di tahun ajaran baru ini, memaksa dirinya setiap hari pulang-pergi menyeberangi Sungai Mondo yang lebarnya kurang lebih 14 meter. "Setiap hari antar jemput anak, dan pergi ke pasar, ke kota, ya harus lewat sungai ini. Kalau hujan, anak libur dulu. Takut banjir," ungkap Rumini, yang sedari lahir sudah tinggal di Dusun Panggung Wetan. Sejak Rumini lahir 43 tahun silam, kondisi dusunnya sudah seperti itu. Tidak ada jembatan. Secara administrasi, Dusun Panggung Wetan masuk dalam Desa Duren Kecamatan Pagedongan. Namun akses lebih dekat ke Desa Lebakwangi Kecamatan Pagedongan, melalui Dusun Panggung Kulon. https://radarbanyumas.co.id/perjuangan-rumini-sejak-lahir-43-tahun-silam-dusunnya-tidak-ada-jembatan/ "Tidak ada akses kendaraan. Kalau ke SD Duren atau pusat pemerintahan Desa Duren, harus jalan kaki dan lebih jauh jaraknya, sekitar 30 menit lebih. Lebih dekat ke Desa Lebakwangi," terang Rumini. PERJUANGAN KE SEKOLAH : Pelajar SDN 3 Lebakwangi, Kecamatan Pagedongan, menyebrang Sungai Mondo untuk berangkat dan pulang sekolah dari rumah mereka yang berada di di Dusun Panggung Wetan, Desa Duren, Kecamatan Pagedongan, Senin (18/7). (DIMAS PRABOWO/RADARMAS ) Ada sekitar 10 anak Dusun Panggung Wetan yang setiap hari menyeberang untuk pulang pergi sekolah. Para orang tua berharap, pemerintah daerah bisa memberi akses jembatan untuk warga dusun yang memiliki sembilan KK dengan 60 jiwa tersebut. Terpisah, Guru SDN 3 Lebakwangi, Suyitno mengatakan, kalau hujan, 10 siswa dari Dusun Panggung Wetan tidak berangkat atau berangkatnya terlambat. Siswa dari wilayah Desa Duren bersekolah di SDN 3 Lebakwangi karena jaraknya lebih dekat. Sementara itu, Kades Duren, Rasmanto mengatakan, pemerintah desa telah mengupayakan akses dan terealisasi melalui TMMD. Menurut dia, jika lewat atas sudah tersambung. Sedangkan jika melalui bawah, harus menyeberangi sungai. Dikatakan, biaya menjadi kendala untuk membangun jembatan. Karena tidak cukup Rp 2 miliar. Dia berharap, pemerintah kabupaten atau pemerintah provinsi bisa membangun jembatan di Sungai Mondo. Jika mengandalkan anggaran desa, tidak memungkinkan karena dana yang dibutuhkan terlalu besar. Selain mengupayakan akses melalui atas, pihaknya juga meminta siswa dari Dusun Panggung Wetan pindah sekolah ke SDN 2 Duren. Namun karena sudah sejak dahulu, warga sulit diajak pindah sekolah di desanya sendiri. “Terdapat akses menuju SD Negeri 2 Duren. Mobil saja bisa sampai lewat dusun itu kalau lewat atas," terangnya. (drn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: