Simulasi KBM Tatap Muka Siswa SD dan SMP di Kabupaten Tegal, Ada Orangtua Mencegah Anaknya ke Sekolah

Simulasi KBM Tatap Muka Siswa SD dan SMP di Kabupaten Tegal, Ada Orangtua Mencegah Anaknya ke Sekolah

TINJAU KBM - Bupati Tegal saat meninjau sekolah yang menggelar simulasi KBM, kemarin. YERI NOVELI/RADAR SLAWI Untuk melaksanakan New Normal, Pemkab Tegal melaksanakan simulasi Kegoatan Belajar Mengajar (KBM) siswa tatap muka. Rabu ini merupakan hari ketiga simulasi KBM. Seperti apa palaksanaan di lapangan? LAPORAN: YERI NOVELI SEJAK Senin (15/6) lalu, Pemkab Tegal melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) menggelar simulasi kegiatan belajar mengajar (KBM) siswa SD dan SMP. Rencananya, simulasi ini akan berakhir setelah penerimaan rapor, Jumat (19/6) mendatang. Kendati hanya lima hari, tapi beberapa siswa ada yang tidak mengikuti simulasi itu. Konon, mereka tidak berani ke sekolah karena di cegah oleh orangtuanya. ”Ada 32 siswa kami yang tidak diizinkan orangtuanya berangkat ke sekolah untuk mengikuti simulasi KBM,” kata Kepala SMP Negeri 1 Tarub Ciptadi, kemarin. Alasan orangtua yang tidak mengizinkan anaknya ke sekolah karena sedang sakit. Tiga di antaranya sakit asma dan bronkitis. Sedangkan lainnya, cenderung khawatir dengan penyebaran Covid-19. ”Siswa yang tidak diizinkan orang tuanya mengikuti simulasi ini tetap kami pantau melalui media daring,” ujarnya. Simulasi KBM ini dimulai sejak Senin (15/6) hingga Jumat (19/6) atau sehari sebelum siswa menerima rapor. Setelah itu, siswa diliburkan lagi sampai ada keputusan dari Pemerintah tentang waktu pelaksanaan tahun ajaran baru 2020/2021. ”Dalam simulasi ini, kita tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat dan disiplin. Mulai dari pengecekan suhu tubuh, cuci tangan sebelum masuk kelas, pengaturan tempat duduk yang berjarak, hingga persetujuan dari orang tua murid,” kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Tegal Akhmad Was’ari. Was’ari kembali menjelaskan bahwa ada lima sekolah menengah pertama (SMP) dan 35 sekolah dasar (SD) yang menjadi percontohan dalam simulasi tersebut. Simulasi jenjang SD digulirkan di KWK Dikbud Bumijawa sebanyak 4 sekolah, Dukuhturi 1 sekolah, Dukuhwaru 2 sekolah, Jatinegara 1 sekolah, Kramat 3 sekolah, Lebaksiu 4 sekolah, Margasari 4 sekolah, Pagerbarang 2 sekolah, Suradadi, 2 sekolah, Talang 3 sekolah, Tarub 4 sekolah, Warureja 3 sekolah, dan Pangkah 2 sekolah. Sementara untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), kebijakan dalam simulasi ini hanya ada di 5 SMP, yakni SMPN 1 Warureja, SMPN 1 Tarub, SMPN 1 Pangkah, SMPN 1 Bumijawa, dan SMPN 1 Margasari. Dalam simulasi tersebut, penerapan protokol kesehatan diperketat. Selain itu, rombongan belajar (rombel) dibagi 2 shift atau kelompok. Misal, jumlah siswa setiap kelas 32 anak, maka dibagi 2 kelompok masing-masing 16 anak. Tujuannya, untuk menghindari kerumunan. Sementara itu, Bupati Tegal Umi Azizah saat meninjau pelaksanaan simulasi di hari ketiga mengatakan, kegiatan ini merupakan bagian dari persiapan KBM di masa mew normal untuk siswa SD dan SMP. Hal ini tentunya sudah melalui proses pembahasan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) serta pengawas dan mendapat persetujuan dari komite sekolah. Simulasi ini hanya dilaksanakan di wilayah yang tidak termasuk zona merah penyebaran Covid-19, antar lain di Kecamatan Slawi, Kedungbanteng, Adiwerna, Balapulang dan Bojong. Peran orang tua murid juga sangat menentukan keikutsertaan siswa. Pihaknya tidak memaksa orang tua murid mengizinkan anaknya untuk mengikuti simulasi ini. ”Sifatnya tidak memaksa. Di SMP Tarub juga begitu. Jumlah siswanya 470 anak, tapi yang tidak masuk sebangak 32 siswa,” pungkasnya. (*/fat)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: