Akal Manusia

Akal Manusia

--

Oleh Alvin Qodri Lazuardy, S. Ag, Mahasiswa S2 PAI UM Purwokerto

KALAU bersedia jujur ​​kita sudah mengakui suatu pengakuan agung atau disebut mitsaq, yaitu pengakuan seluruh umat manusia bahwa Allah adalah Tuhan, firman Allah; Apakah aku - Allah - benar-benar Tuhanmu? (Al-Araf:172) (Alastu bi robbikum?), kemudian kita menjawab: Ya, kami setuju dan bersaksi (qolu; bala syahidnaa) bahwa ini terjadi sebelum Allah muncul di dunia ini ('alam ruh), di mana manusia dalam bentuk ruh yang berbicara - dengan akal - (an-nafs an-nathiqah).

Pengakuan ini merupakan pernyataan mutlak bahwa fitrah manusia adalah mengakui Tuhan sebagai Rabb, melalui pengakuan inilah manusia lahir bersih (fitrah).

Manusia telah diciptakan Allah dengan sebaik-baiknya termasuk di dalamnya kemampuan berbicara dengan nalar (nuthq) yang Allah ilhamkan sebagai pembeda entitas makhluk lainnya (hewan-tumbuhan) dengan istilah, “Manusia adalah hewan yang bernalar” (dzu nuthq)” (al-insan hayawan nathiq), hal ini bukan berarti manusia adalah hewan yang dipersepsikan dalam teori Darwin (baca; teori evolusi), namun perlu diinsyafi bersama bahwa dalam manusia terdapat irisan sifat hewani.

Namun, di sisi lain manusia dilebihkan kemampuan berbicara dengan nalar (dzu nuthq). Dengan akal inilah, sifat hewani manusia bisa ditekan.

Akal (‘aql) secara etimolog mempunyai arti pengikatan, maksud dari pengikatan disini adalah akal (‘aql) berfungsi untuk mengikat objek ilmu (‘ilm) yang didapatkan.

Akal (‘aql) adalah suatu substansi ruhiah yang memungkinkan untuk mengenali kebenaran dan mampu membedakan antara benar (haq) dan salah (bathil), sedangkan proses dari aktivitas akal (‘aql) dapat dikatakan sebagai berpikir (fikr).

Asal mula asasi dari akal (’aql) yang diberikan Allah kepada manusia mempunyai daya utama, yaitu usaha untuk menemui kebaikan –daya untuk memilih- (ikhtiyar) suatu upaya untuk memilih kebaikan (khayr).

Karena akal (‘aql) sejatinya akan menuntun manusia ke jalan yang benar serta pembeda baik (haq) dan buruk (bathil). Fungsi akal yang utama adalah meningkatkan daya furqon (pembeda) dengan pedoman al-Qur’an sebagai wahyu (khabar shadiq), karena (…al-Qur’an huda li an-naas wa bayyinati min al-huda wa al-furqon…al-Baqarah: 185).

Dari wahyu, akal (‘aql) akan mempunyai daya pembeda (furqon) antara benar (haq) dan salam (bathil), kemudian diproses dalam aktivitas berpikir (fikr), pada tahap selanjutnya, dituangkan meliputi basic belief, pikiran (fikroh), perkataan (qaul), perbuatan (‘amal) dan mengkristal menjadi pola kehidupan (minhajul hayah). (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: