BI Bantah Gambar Palu Arit di Uang Baru
Ada Lima Berita Palsu yang Beredar PURWOKERTO- Uang rupiah baru Tahun Emisi (TE) 2016 terbilang banyak "diserang" berbagai kabar miring. Sedikitnya, ada lima berita yang "menyudutkan" uang baru tersebut. Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Purwoketo, Jumat (30/12) kemarin, sampai mengeluarkan pernyataan resmi terkait kabar yang beredar di masyarakat tentang uang baru tersebut. BI menegaskan bahwa berita-berita yang tersebar di media sosial terkait peredaran uang rupiah tahun emisi (TE) 2016 merupakan berita palsu. "Kami mendapat informasi ada lima isu yang perlu diluruskan yaitu mengenai adanya logo palu arit, fisik atau warna yang mirip uang Yuan, pemilihan gambar pahlawan nasional, uang rupiah baru yang tidak dicetak di Peruri, dan melebihkan total uang rupiah untuk pihak tertentu," ujar Kepala BI Perwakilan Purwokerto Ramdhan Denny Prakoso. Denny menjelaskan, isu yang paling deras menyebar, berkaitan dengan logo BI yang menyerupai gambar palu arit di uang kertas mulai pecahan Rp 1 ribu hingga Rp 100 ribu. Padahal logo BI itu merupakan bentuk dari unsur pengaman (UP) yang disebut rectoverso atau gambar saling isi. Rectoverso tersebut berada di depan uang sudut kiri atas, di bawah angka nominal, dan pada bagian belakang uang di sudut kanan atas di bawah nomer seri. Pada rectoverso menggunakan teknik cetak khusus. Aman pada posisi yang sama saling membelakangi di bagian depan dan belakang uang kertas, terdapat ornamen khusus seperti gambar tidak beraturan. Namun, jika diterawang ke arah cahaya, akan terbentuk suatu gambar yang beraturan. "Rectoverso akan membentuk ornamen lambang BI, dan sejauh ini unsur pengaman tersebut yang sulit dipalsukan, bahkan metode pengamanan seperti ini sudah digunakan oleh beberapa negara juga, seperti Malaysia untuk Ringgit, Uni Eropa untuk Euro, Korea untuk Won, dan untuk mata uang Poundsterling," jelasnya. Untuk pemilihan desain rectoverso, sudah melalui kajian teknis dan disimpulkan bahwa desain seperti itu yang paling sulit dipalsukan. Dan jika pada rectoverso memang gambar palu arit, tentunya BI sudah ditegur oleh BIN, Polri, dan Kejaksaan RI. Denny mengatakan, untuk penggunaan elemen warna menjadi unsur pembeda di setiap pecahan mata uang kertas.Hal ini berbeda dengan persepsi masyarakat di Amerika Serikat yang membedakan pecahan uang kertas berdasarkan angka nominal. Dan proses seleksi pemilihan warna ini, ditujukan agar tidak mudah ditiru oleh tinta-tinta biasa yang dijual secara bebas di pasaran. Sementara, menanggapi isu lainnya, dari proses cetak yang dikabarkan tidak dilakukan di Peruri, tetapi di PT Pura Barutama (PBT). Padahal, PBT merupakan salah satu dari 15 produsen pemasok kertas uang rupiah . "PBT juga satu-satunya perusahaan dalam negeri, karena 14 pemasok lainnya dari luar negeri," terang Denny. Sedangkan untuk gambar pahlawan nasional, diperoleh pemerintah dan BI dari instansi resmi yang berwenang (Kemensos RI) dan memperoleh persetujuan dari ahli waris. Penerapan gambar pahlawan nasional dan/atau presiden pada uang rupiah ditetapkan dengan Keppres. Untuk isu terakhir mengenai pencetakan uang rupiah TE 2016 denga skema + 1 untuk pihak tertentu dan menambah jumlah uang beredar, dengan tegas disampaikan Denny bahwa isu itu tidak benar. Sesuai dengan pasal 13 UU No 7 Th 2011 tentang Mata Uang (UU MU), perencanaan dan penentuan jumlah rupiah yang dicetak dilakukan BI berkoordinasi dengan pemerintah, sedangkan penyediaan jumlah rupiah yang beredar dilakukan oleh BI. (ely)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: