Wujud Alkurturasi, Klenteng Hok Tek Bio Purbalingga Gelar Pertunjukan Wayang Potehi

Wujud Alkurturasi, Klenteng Hok Tek Bio Purbalingga Gelar Pertunjukan Wayang Potehi

WAYANG : Pertunjukan Wayang Potehi di Klenteng Hok Tek Bio Purbalingga, sejak Kamis, 23 Februari 2023, hingga Sabtu, 4 Maret 2023-ADITYA/RADARMAS-

PURBALINGGA, RADARBANYUMAS.CO.ID - Klenteng Ho Tek Bio PURBALINGGA menggelar pertunjukan Wayang Potehi, sejak Kamis, 23 Februari 2023, hingga Sabtu, 4 Maret 2023.

Pementasan kesenian tradisional Tionghoa ini, menarik minat masyarakat untuk mendatangi rumah peribadatan umat Tri Dharma tersebut.

Tak hanya warga Tionghoa saja yang datang ke Aula Klenteng, yang berlokasi di Kecamatan Purbalingga tersebut. Warga lokal pun terlihat antusias melihat pertunjukan Wayang Potehi.

Pertunjukan Wayang Potehi saat ini, sudah jarang ditampilkan. Hal itu disebabkan tak adanya generasi penerus yang melanjutkan kesenian Wayang Potehi.

Bahkan, Klenteng Hok Tek Bio Purbalingga harus mendatangkan Dalang Wayang Potehi dari Jombang, Jawa Timur. Tak ada Dalang Wayang Potehi, yang berasal dari wilayah Eks Karesidenan Banyumas.

Hal itu diakui oleh Sutarto (61), Dalang Wayang Potehi yang pentas di Klenteng Hok Tek Bio. Dia mengaku, sudah menjadi dalang wayang potehi sejak 1982.

Dia menyampaikan, pelestarian kesenian ini butuh regenerasi. "Regenerasi kurang. Sekarang zaman modern dan untuk generasi penerusnya agak kesulitan,” ujarnya.

Dia mengungkapkan rata-rata pelaku kesenian Wayang Potehi sudah berumur. Selain Sutarto, yang sudah berusia 61 tahun, dua penabuh musik yakni Slamet yang peniup terompet berusia 75 tahun. Sedangkan Cokro, penabuh gong besar berusia 66 tahun.

Dijelaskan Ketua Klenteng Hok Tek Bio Purbalingga dr Mulyadi, gergelaran wayang ini bertujuan sebagai ruwatan dan mengirimkan kebaikan serta doa bagi leluhur. Sekaligus memohon keberkahan. 

”Wayang potehi kalau di Jawa sini seperti digunakan untuk ruwatan. Bagi kami, menanggap wayang ini seperti mengirim kebaikan untuk saudara-saudara kami yang sudah meninggal dunia," kata matan anggota DPRD Kabupaten Purbalingga ini.

Dengan mengirimkan kebaikan atau doa tersebut, diharapkan bisa mengurangi dosa keluarga yang sudah meninggal dunia.

Kesenian tradisional dari Tiongkok ini, menurut dia, sudah mengalami akulturasi dengan masyarakat setempat. Hal itu tampak dari penuturan yang menggunakan bahasa Indonesia dan Jawa.

Bahkan, dalang melantunkan shalawat, dalam pertunjukan yang digelar, Jumat, 3 Maret 2023 malam. ”Semua akhirnya akulturasi," katanya. (tya)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: