Kondisi Tiga Jenazah Korban Jatuhnya Pesawat Polri Ditemukan Tidak Utuh

Kondisi Tiga Jenazah Korban Jatuhnya Pesawat Polri Ditemukan Tidak Utuh

JAKARTA- Pesawat Polri tipe Skytruck M28 yang jatuh di perairan Kepulauan Riau Sabtu lalu (3/12) diperkirakan menghunjam laut dengan sangat keras. Tiga jenazah korban yang ditemukan kemarin (4/12) tidak utuh. Pesawat pun tidak sempat melaporkan adanya masalah sebelum kehilangan kontak. Tiga jenazah korban ditemukan personel Badan SAR Nasional (Basarnas) yang didukung tim gabungan. Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI F.H.B. Soelistyo menyatakan bahwa jenazah itu ditemukan kemarin sekitar pukul 02.15 WIB. "Tiga kantong jenazah itu saat ini berada di RS Bhayangkara Batam," kata Soelistyo dalam konferensi pers kemarin. Soelistyo menjelaskan, jenazah ditemukan di wilayah pencarian yang diduga titik jatuhnya pesawat dengan nomor registrasi P4201 itu. Titik tersebut berhasil ditemukan pada Sabtu (3/12) pukul 17.55 WIB, setelah tim berhasil mendeteksi adanya tanda gelembung bahan bakar pesawat di koordinat 00 17 .321 N - 104 50.518 E. Titik tersebut tentu semakin mempermudah proses pencarian korban. Pada pencarian hari kedua, tim langsung menerjunkan kekuatan laut dan udara. Sebanyak 15 kapal yang terdiri atas 5 kapal Basarnas, 4 kapal TNI-AL, 1 kapal KPLP, 4 kapal polo air, dan 1 bea cukai. Di antara 5 kapal Basarnas tersebut, ada 1 kapal sonar. Kapal sonar itu memiliki keistimewaan tersendiri. Yakni, bisa mencari suatu objek yang berada di dalam atau dasar laut. Peralatan itu diharapkan bisa mempercepat pencarian sebelum operasi pokok berakhir empat hari ke depan. Sedangkan untuk kekuatan udara, Basarnas menyiagakan satu heli miliknya. Tim gabungan bekerja dalam area seluas 200 nm square dari titik jatuh. "Ada lima penyelam yang stand by. Mereka akan diturunkan untuk mengonfirmasi saat objek kapal ditemukan. Nanti menyusul ada enam penyelam lainnya. Gantian," tutur pria kelahiran Jogjakarta, 57 tahun lalu, itu. Dalam proses pencarian tersebut, ada banyak tantangan yang harus dihadapi tim gabungan. Misalnya, kondisi arus laut, visibility, tinggi gelombang, dan kedalaman. Berdasar hasil observasi, tim beruntung karena kedalaman wilayah tersebut masih bisa dijangkau. Kedalaman diketahui 23–32 meter. "Para penyelam kita memiliki kemampuan menyelam hingga kedalaman 24 meter," ungkapnya. Sementara itu, Kepala Subdirektorat Peningkatan Profesi Direktorat Polisi Udara Badan Pemelihara Keamanan (Baharkam) Polri Komisaris Besar Hendrawan meluruskan jumlah manifes pesawat. Dia menuturkan, pesawat yang hilang dalam perjalanan menuju Batam dari Pangkalpinang, Bangka Belitung, itu berisi 13 orang yang terdiri atas 5 kru dan 8 penumpang. "Tiga orang sudah turun di Pangkalpinang," ungkapnya. Dalam rilis sebelumnya disebutkan bahwa pesawat nahas tersebut mengangkut 15 penumpang. Mereka diberangkatkan dari Jakarta untuk misi pergantian kru-kru pesawat yang sudah bertugas sebulan di tiap polda. Dalam misi itu, ada tiga wilayah yang jadi tujuan. Yaitu, Palembang (Sumetera Selatan), Pangkalpinang (Bangka Belitung), dan Batam (Kepulauan Riau). Hendrawan juga membantah beberapa spekulasi yang beredar mengenai insiden tersebut. Salah satunya berkaitan dengan jam terbang pilot. Dia pun memastikan bahwa pengecekan pesawat sebelum berangkat telah dilakukan. "Kalau tidak memenuhi standar, pasti tidak akan diterbangkan. Untuk pilot, rata-rata sudah lebih dari 2.000 jam terbang," tegasnya. Di sisi lain, Direktur Operasi AirNav Wisnu Darjono menyampaikan bahwa tak ada percakapan darurat antara pilot dan ATC Singapura sesaat sebelum lost contact. Dia merunut pergerakan terakhir pesawat yang dikemudikan AKP Budi Waluyo itu. Pesawat take off dari Pangkalpinang Sabtu pukul 09.21 WIB. Selang 33 menit, pesawat lepas dari wilayah Pangkalpinang dan masuk ke FIR (flight information region) Singapura. Setelah pesawat melaporkan tujuan dan posisi ketinggian, tak ada pembicaraan lagi. Akhirnya pesawat lost contact 20 menit kemudian. "Biasanya, setelah melaporkan masuk, akan diatur Singapura untuk penerbangannya. Tapi, memang tidak ada pembicaraan. Tidak ada pernyataan kondisi darurat, adanya kesulitan," paparnya. Seusai lost contact itu, pihak Singapura langsung men-declare distresfa. Kondisi tersebut turut terpantau oleh radar Tanjungpinang. Kedua pihak langsung melakukan pencarian dan pada pukul 10.47 melapor kepada pihak Basarnas. "Karena kalau hilang radar kan tidak harus jatuh. Ada penyebab lain. Karena itu, dari declare hilang, Tanjungpinang dan Singapura langsung melakukan pencarian dulu," jelasnya. Sementara itu, Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Divhumas Mabes Polri Kombespol Rikwanto mengatakan, pencarian pesawat Polri akan terus dikebut. "Proses identifikasi dilakukan di RS Bhayangkara Batam saja," papar mantan Kabidhumas Polda Metro Jaya tersebut. Kabiddokkes Polda Kepulauan Riau AKBP Djarot Wibowo menuturkan, hingga pukul 17.40 ditemukan sejumlah potongan tubuh yang dikumpulkan dalam empat kantong jenazah. Saat ini proses identifikasi postmortem terus dilakukan. "Semua kami analisis terlebih dahulu," ujarnya. Hingga saat ini belum diketahui sama sekali identitas jenazah tersebut. Dia menuturkan, mungkin Senin (5/12) bisa diketahui identitas jenazah tersebut. "Sekarang belum ada perkembangan baru, besok hasilnya baru bisa diketahui," jelasnya. Data antemortem seluruh korban telah terkumpul. Mulai struktur gigi, bentuk wajah, hingga sidik jari. "Nanti tinggal dicocokkan semuanya dengan data postmortem dari jenazah," paparnya saat dihubungi Jawa Pos kemarin. Sementara itu, Direktur Eksekutif Disaster Victim Indonesia (DVI) Polri Kombespol Anton Castilani mengatakan, kondisi tubuh yang tidak utuh bisa terjadi karena dampak kecelakaan pesawat tersebut. "Namun, harus dianalisis kembali," paparnya. Kondisi jenazah semacam itu biasanya akan membuat proses identifikasi sangat sulit. Dengan demikian, proses identifikasi akan sangat bergantung pada tes deoxyribonucleic acid (DNA). "Semoga secepatnya bisa diketahui," paparnya. (mia/idr/c10/ang)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: