28 Penderita HIV/AIDS di Banjarnegara Meninggal Dunia

28 Penderita HIV/AIDS di Banjarnegara Meninggal Dunia

TALK SHOW : Sub Koordinator Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Dinkes Banjarnegara, Supriyatno menjadi narasumber dalam talk show Hari AIDS Sedunia dengan tema Satukan Langkah Cegah HIV, Semua Setara Akhiri AIDS, di kompleks Setda Banjarnegara--

BANJARNEGARA - Sampai dengan saat ini, infeksi HIV masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia dan nasional. Di Kabupaten Banjarnegara, sejak tahun 2019 tercatat 28 jiwa meninggal dunia akibat HIV/AIDS.

Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Setda Banjarnegara Tursiman mengatakan, sampai saat ini HIV/AIDS masih menjadi masalah kesehatan utama baik global maupun nasional. Kasus HIV di Kawasan Asia Tenggara menyumbang 10% dari total beban HIV di seluruh dunia.

“Di Indonesia, prevalensi HIV di Sebagian besar wilayah sekitar 0,26%, sedangkan di Papua dan Papua Barat mencapai 1,8%,” katanya, saat membuka talk show Hari AIDS Sedunia, kerjasama Dinas Kesehatan Banjarnegara dengan RS Emanuel Purwareja Klampok. 

Dikatakan, di Kabupaten Banjarnegara dari kurun waktu tahun 2019 sampai dengan 2021 dilaporkan ada 259 kasus penderita HIV/AIDS, 194 di antaranya atau hampir 75% positif AIDS. Sementara, kematian akibat HIV/AIDS yang dilaporkan mencapai 28 jiwa.

“Kasus HIV/AIDS ini merupakan fenomena gunung es, artinya yang terlaporkan hanya sebagian kecil saja. Boleh jadi masih banyak kasus dan kematian akibat HIV/AIDS di luar sana yang belum dilaporkan,” jelasnya.

Perilaku tersebut bukan karena genetis melainkan karena faktor lingkungan. Hal ini bisa disebabkan trauma di masa lalu di masa pertumbuhan. Selain itu, juga karena penggunaan gawai tanpa kontrol orang tua.

“Anak-anak bisa mengakses semuanya, termasuk perilaku LSL, lalu membuat berimajinasi,” ujarnya.

Sub Koordinator Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular pada Dinas Kesehatan Banjarnegara, Supriyatno mengatakan, Pemkab Banjarnegara telah menambah fasilitas layanan kesehatan yang dapat melakukan pemeriksaan dan dukungan pengobatan (PDP), yakni 4 rumah sakit dan 22 puskesmas.

Diharapkan, fasilitas ini akan memudahkan dalam menjangkau pengidap HIV/AIDS untuk memberikan pengobatan dan konseling.

“Penting bagi para konselor, yakni untuk menjauhkan diri dari stigmatisasi serta memiliki keterampilan dalam melakukan pendekatan kepada penderita dan keluarganya,” tandasnya.

Hari AIDS Sedunia tahun ini mengambil tema ‘Satukan Langkah Cegah HIV, Semua Setara Akhiri AIDS’. Indonesia menargetkan mencapai eliminasi dan Ending AIDS pada tahun 2030. Dengan tekad 3 Zero, yakni Zero Infeksi Baru, Zero Kematian dan Zero Diskriminasi.(jud)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: