Desa Blater, Kecamatan Kalimanah-Jalan Jepang Sudah Diaspal
DESA Blater dikenal tak hanya sate ayamnya. Tapi ada Toegoe Djoeang Blater yang menjadi kebanggaan warga Desa Blater khususnya dan Purbalingga umumnya. Selain itu juga ada Jalan Jepang. Jalan alternatif yang melintasi persawahan ini jalan peninggalan masa penjajahan Belanda. Jalan lurus sampai ke Desa Rabak dibangun hasil kerigan (kerja bakti) warga Purbalingga, khususnya kaum kuli. Pembuatan "Gili Jepang" ini memakan waktu sekitar tiga bulan di tahun 1946. Kala itu, sejumlah rumah warga Desa Blater dimundurkan karena terkena pembangunan Jalan Jepang. “Lokasi Jalan Jepang sepanjang satu kilometer lebih, melintasi persawahan dari ujung barat Blater Duwur sampai wilayah Kadus I Blater yang berbatasan dengan Desa Rabak. Yang kerja setiap harinya sekitar 20 orang,” kata salah seorang warga Blater, Priyono alias Soleh (79). Sebagai warga Desa Blater, Priyono merasa heran ruas jalan lurus yang melintasi persawahan disebut Jalan Jepang. Karena pembangunan jalan untuk kepentingan tentara Belanda. Sejak dulu jalan tersebut memang dikenal dengan nama Jalan Jepang. Menurut Priyoto, yang semasa mudanya merupakan tukang ahli bangunan, setiap pagi dan sore sejumlah truk mengangkut tentara Belanda dari Purbalingga melewati Jalan Jepang. Tujuannya hendak menyerang Batalyon Bojong. Namun tentara RI belum ada di Bojong karena masih di Wirasaba. “Truk Belanda waktu itu tidak melewati jalan Jompo ke timur sampai Rabak. Tapi lewat jalan yang lurus, sehingga kemudian dibangun jalan alternatif. Yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan Jalan Jepang,” kata Priyoto. Menurut dia, truk yang mengangkut tentara Belanda mempunyai ‘markas’ dengan menempati rumah pejabat Desa Rabak yang dikenal dengan nama Lurah Dongkol Kerak alias Mangun Wiredja. Karena rumahnya dijadikan markas Belanda, Lurah Dongkol Kerak dan keluarganya mengungsi ke Banjarnegara. Ruas Jalan Jepang yang puluhan tahun tak bisa dilalui dengan lancar karena banyak semak belukar dan adanya gorong-gorong yang rusak, sekarang sudah diaspal. Peangsapalan Jalan Jepang belum selesai semua. Masih tersisa beberapa puluh meter di ujung timur yang berbatasan dengan Desa Rabak. Sementara itu, Ketua Badan Perwakilan Desa (BPD) Desa Blater Muflihun SH mengatakan, dana desa (DD) tahap pertama tahun 2016 sebesar Rp 634,3 juta, sebagian besar untuk pembangunan dan pengembangan serta perbaikan beberapa ruas jalan desa. Sedangkan Rp 28 juta untuk program RLTH. Menurutnya, DD 2016 tahap pertama untuk pengaspalan beberapa ruas jalan yang rusak di wilayah Dusun I dan Dusun II. Termasuk pengaspalan jalan baru di Jalan Jepang sepanjang 300 meter lebih. Sedangkan meningkatan dan pengaspalan Jalan Jepang sisanya dibantu dana aspirasi anggota dewan. “Jalan Jepang yang belum diaspal masih tersisa di ujung timur, sampai kuburan yang berbatasan dengan Desa Rabak. Akan segera dikerjakan dengan DD tahun anggaran 2017. Berikut pembuatan drainasenya,” ujar Muflihu. (nis/sus)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: