Pemkot Tegal Rencanakan Tempat Parkir Tiga Lantai di Sebelah Menara Waterleideng

Pemkot Tegal Rencanakan Tempat Parkir Tiga Lantai di Sebelah Menara Waterleideng

KOKOH – Warga bersepeda melewati Menara Waterleideng yang masih berdiri kokoh di Jalan Pancasila, Jumat (25/9). K. ANAM SYAHMADANI/RATEG Pembangunan Jangan Hilangkan Sejarah PEMERINTAH Kota (Pemkot) Tegal merencanakan pembangunan tempat parkir berlantai tiga di sebelah Menara Waterleideng atau Menara PDAM di Jalan Pancasila, menyusul dilakukannya penataan kawasan tersebut. Sejumlah Fraksi DPRD Kota Tegal meminta agar pembangunan tidak menghilangkan nilai sejarah dari bangunan yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya itu. “Prinsipnya kami setuju dengan rencana penataan Jalan Pancasila. Tetapi, ketika dikaitkan dengan pembangunan tempat parkir berlantai tiga di samping persis Menara Waterleideng, kami berharap konsepnya jangan sampai menghilangkan nilai sejarah dari bangunan cagar budaya yang sudah ditetapkan Kepala Daerah,” kata Anggota Fraksi PDI Perjuangan Sutari, Senin (21/9). https://radarbanyumas.co.id/kulminasi-atau-matahari-tepat-di-atas-di-wilayah-tegal-raya-terjadi-10-oktober-2020/ Suara senada diungkapkan Fraksi PAN. Ketua Fraksi PAN Tengku Rizki Aljupri menekankan, pembangunan tempat parkir berlantai tiga di sebelah Menara Waterleideng supaya tidak mengubah cagar budaya atau view dan estetika yang ada. “Sebab, menara PDAM adalah salah satu cagar budaya yang sudah masuk di Peraturan Daerah Tahun 2016,” ujar Rizki. Mengutip buku Profil Bangunan Cagar Budaya Kota Tegal Tahun 2018 yang diterbitkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tegal, Menara Waterleideng didirikan 1930, sesuai yang tertulis di atas pintu menara tersebut, yakni Anno 1930. Bangunan menara dibuat oleh Tower Waterleideng Beedrif of Province Midden Java sebagai implementasi Politik Etis. Bangunan menara memiliki ketinggian 30 meter dengan luas 95 meter, dan berdiameter 11 meter di atas tanah 4.058 meter persegi. Pada masa pendudukan Jepang, berfungsi sebagai menara air bersih dengan nama Suwido, dan pasca kemerdekaan menjadi bagian dari Saluran Air Minum yang pada 1975 berganti menjadi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Dihubungi Jumat (25/9), Budayawan Yono Daryono menyampaikan, awalnya, Menara Waterleideng dibuat untuk memenuhi kebutuhan air bersih untuk warga pemukiman dan karyawan Semarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS), yang sekarang merupakan Gedung Birao. Dulu, di sebelah barat menara terdapat pipa yang dibiarkan terbuka, dan warga sekitar bebas mengambil air di situ. “Saya dan teman-teman sering minum air di situ setelah ada acara atau bermain ke Alun-Alun Tegal. Setiap bulan Ramadan, dari menara dijadikan sebagai penanda buka puasa dengan dibunyikan sirine yang hampir seluruh warga Kota Tegal sebelum dilakukan pemekaran mendengarkan penanda itu,” ungkap Yono mengenang masa silam. Demikian juga waktu detik-detik proklamasi. Menurut Yono, dari atas menara bisa melihat Kota Tegal. Sebagaimana Fraksi DPRD, Yono pun mewanti-wanti agar pembangunan yang dilakukan sebaiknya tidak mengubah cagar budaya tersebut. “Lingkungannya silakan saja, tapi bangunannya jangan diubah dan tidak menutupi keindahan menara,” ujar Yono. (nam/wan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: