Kontes Sangrai Kopi, Kembalikan Penyajian Kopi Secara Tradisional

Kontes Sangrai Kopi, Kembalikan Penyajian Kopi Secara Tradisional

SANGRAI. Sejumlah wanita anggota KWT sedang menyangrai kopi dengan wajan tanah di Pasar Tani Kranggan, TEMANGGUNG – Kopi menjadi salah satu potensi unggulan di Kabupaten Temanggung yang kualitasnya sudah tidak diragukan lagi. Apalagi dengan diolah secar tradisional, rasa kopi khas Temanggung akan semakin terlihat. Oleh karena itu untuk mengembalikan keterampilan masyarakat Temanggung khusunya petani kopi, Pengelola Pasar Tani Kranggan Temanggung menggelar lomba sangrai kopi secara tradisional. Perlombaan ini khusus diikuti oleh kaum hawa yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT). “Ada belasan anggota KWT yang ikut dalam lomba ini, sebagian besar dari mereka adalah petani kopi yang juga berdagang kopi,” terang Pengelola Pasar Tani Kranggan Damar Sulistyo, Minggu (20/9). https://radarbanyumas.co.id/dcf-2020-potong-rambut-gimbal-disertai-permintaan-hp-kalung-bahkan-buntil-dan-bakso/ Kontes sangrai kopi tradisional ini diikuti oleh 17 KWT di Kecamatan Kranggan. Mereka secara bersama-sama menyangrai kopi di Pasar Tani Kranggan. Pada kontes sangrai kopi tersebut para peserta menggoreng kopi menggunakan wajan tanah dan tungku dengan pengapian berbahan bakar kayu. “Biasanya lomba yang digelar menggunakan mesin, tapi kami tidak. Lomba secara tradisional dengan peralatan yang sangat sederhana,” jelas Damar. Adapun maksud dan tujuan kontes sangrai kopi ini, menurut Damar, adalah untuk menggali kembali penyajian kopi secara tradisional yang dilakukan oleh nenek moyang. “Kegiatan ini sekaligus untuk memperkenalkan dan mengedukasi generasi muda pengolahan kopi secara tradisional, dan saya yakin hal ini bisa dikembangkan menjadi brand kopi tradisional di Kecamatan Kranggan,” terangnya. Baca Juga 772 Peserta Ikuti SKB CPNS, Tersebar di Berbagai Tempat di Wonosobo Penilain dalam kontes sangrai kopi tradisional ini meliputi teknik pengapian, menyangrai, penirisan, penyeduhan, penyajian, cita rasa kopi, keluwesan dan kemeriahan penampilan, serta kerja sama tim. Penyelenggaraan kontes sangrai kopi tradisional ini juga dalam memperingati ulang tahun kedua Pasar Tani. “Kami berharap dengan geliat ekonomi produktif di pasar tani ini bisa membangkitkan perekonomian khususnya di Kecamatan Kranggan,” katanya. Pasar Tani yang buka setiap hari Minggu ini diharap menjadi arena promosi desa se-Kecamatan Kranggan. “Semua potensi desa bisa digelar di Pasar Tani ini, bukan hanya hasil pertanian saja, tetapi tidak menutup kemungkinan produk kerajinan dan hasil UMKM lainnya yang merupakan potensi desa bisa dipasarkan di sini,” katanya. Salah satu peserta Erniwati menuturkan, selama ini dirinya memang masih menggunakan cara tradisional untuk mengolah kopi. Rasa yang dihasilkan dari sangrai tradisional ini berbeda dengan menggunakan mesin modern. “Bagi saya selain mudah dan murah, rasnya juga sangat khas sekali. Aromanya wangi rasanya juga lebih mantab,” katanya. (set)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: