Di Semarang, Rumah Makan Legendaris Bu Fat Jadi Klaster, Dinkes: Pengunjung Banyak dari Luar Kota

Di Semarang, Rumah Makan Legendaris Bu Fat Jadi Klaster, Dinkes: Pengunjung Banyak dari Luar Kota

Rumah makan kepala manyung Bu Fat di Jalan Ariloka, Krobokan, kemarin masih tutup. (Nur Wahidi/Jawa Pos Radar Semarang) SEMARANG – Rumah makan Kepala Manyung “Bu Fat” Jalan Ariloka, Krobokan, menjadi klaster baru penularan Covid-19 di Kota Semarang. Hasil tracing karyawan dan pemilik warung, sebanyak 20 orang terkonfirmasi positif Covid-19. Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang mengimbau pengunjung rumah makan legendaris ini memeriksakan kesehatannya, terutama yang datang pada dua pekan terakhir. Kepala DKK Kota Semarang M Abdul Hakam mengatakan, klaster baru ini muncul setelah satu karyawan di rumah makan tersebut dirawat di rumah sakit. Saat dilakukan pemeriksaan, ternyata hasilnya positif Covid-19. Pihaknya pun langsung melakukan tracing kepada mereka yang kontak erat dengan karyawan tersebut. “Kita lakukan penelusuran kepada mereka yang kontak erat, misalnya keluarga dan karyawan. Akhirnya, ketemu yang lain dan menjadi klaster baru,” jelasnya saat ditemui Jawa Pos Radar Semarang, Jumat (11/9/2020). https://radarbanyumas.co.id/muncul-klaster-bawaslu-sehari-melonjak-62-kasus-baru-covid-boyolali/ Hakam menjelaskan, DKK telah melakukan swab test kepada 20 sampai 25 orang. Mereka terdiri atas pemilik rumah makan, karyawan, serta keluarganya. Hasilnya, sebanyak 20 orang terkonfirmasi positif Covid-19. Rinciannya, 18 orang diisolasi rumah dinas Wali Kota Semarang, serta dua dirawat rumah sakit karena ada keluhan sesak nafas “Sudah ada yang negatif, yang positif kita rawat di rumah dinas. Kalau penularannya dari mana, kita belum tahu. Selain kerja di situ, mereka bisa pergi kemana atau dengan siapa,” tuturnya. Menurut dia, tracing juga dilakukan kepada pembeli. Namun pihaknya menemui kesulitan lantaran banyaknya pembeli di rumah makan tersebut dan bisa saja berasal dari luar kota. Karena itu, Hakam mengimbau kepada pengunjung dalam dua pekan terakhir untuk memeriksakan diri ke puskesmas. “Misalnya yang mengalami gejala atau mereka yang datang makan kesana, bisa memeriksakan diri ke puskesmas dan akan kami swab,” tambahnya. Dikatakan, DKK dan pihak kelurahan maupun kecamatan saat ini telah melakukan sterilisasi rumah makan tersebut. Keluarga ataupun pekerja yang positif pun sudah diambil, sehingga sudah steril. “Ini sudah disterilkan,” tuturnya. Adanya klaster baru ini, lanjut Hakam, di Kota Semarang total sudah ada lebih dari 40 klaster penularan. Beberapa klaster yang masih aktif terjadi penularan antara lain klaster perusahaan, tenaga kesehatan (nakes), dan pasar tradisional. “Klaster yang lain masih sama, yakni perkantoran, pasar, pabrik atau komunitas lainnya, paling banyak memang dari klaster komunitas,” katanya. Jumlah kasus Covid-19 di Kota Semarang sendiri, beberapa hari terakhir terus meningkat. Hingga Jumat (11/9/2020) kemarin, total positif Covid-19 di angka 556 kasus. Menurut Hakam, naiknya pasien Covid-19 tersebut dikarenakan DKK aktif melakukan penelusuran terhadap kontak erat dari klaster yang masih aktif. Pihaknya juga menyasar kelompok rentan, misalnya pasien suspect yang ada di puskemas. “Kita lakukan penelurusan di puskemas juga, pasien yang batuk pilek di sana ternyata ada empat sampai lima pasien positif. Cara ini kita lakukan, saat diketahui lebih cepat, mereka bisa melakukan isolasi mandiri, tidak sampai masuk ke rumah sakit,” ujarnya. Pantauan Jawa Pos Radar Semarang kemarin, rumah makan Bu Fat masih tutup. Sejumlah petugas menggunakan alat pelindung diri (APD) melakukan penyemprotan disinfektan. Kata RW XII Kelurahan Krobokan, Ari Sujiar, mengatakan, sebelum menjadi klaster penyebaran Covid-19, pihaknya sudah mengingatkan agar pelanggan rumah makan tersebut mematuhi protokol kesehatan dengan menggunakan masker, jaga jarak dan cuci tangan. Sebab, kata dia, banyak pelanggan dari luar kota yang keluar masuk untuk makan siang secara rombongan. “Sebelumnya sudah saya peringatkan agar pelanggan mematuhi protokol kesehatan, karena saat ini masih pandemi Covid-19. Pelanggan rumah makan Bu Fat banyak yang dari luar kota. Itu bisa dilihat dari pelat nomornya. Ada yang B (Jakarta) atau F (Bogor),” katanya kepada Jawa Pos Radar Semarang, Jumat (11/9/2020). Selain itu, Ari juga pernah mengingatkan pengelola parkir rumah makan Bu Fat agar uang parkir dimasukkan ke dalam satu tempat lalu disemprot menggunakan disinfektan agar aman. Tetapi anjuran itu tidak diindahkan. “Tukang parkir itu sudah diingatkan agar uang parkir dimasukkan ke dalam toples kemudian disemprot disinfektan agar aman. Tetapi dia bilang tidak apa-apa. Malah nantang, kalau memang ada virus, biar yang kena saya dulu,” ceritanya. Ari juga melihat banyak pengunjung sebenarnya membawa masker tetapi tidak dipakai. Jarak tempat duduk satu juga berimpitan sehingga membahayakan. Lurah Krobokan Sarno mengatakan, dengan adanya warga yang terpapar Covid 19 ini, pihaknya meminta kepada pengelola RM Bu Fat Krobokan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Pengunjung wajib mengenakan masker, termasuk memeriksa suhu badan setiap pengunjung dengan thermogun. “Yang suhu badannya lebih dari 38 derajat dan yang tidak pakai masker agar tidak diperkenankan masuk rumah makan. Kasihan pengunjung lainnya. Apalagi pelanggannya kan banyak dari luar kota,” katanya. (den/hid/aro/bas)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: