Ini Kronologi Lengkap Gas Beracun Bocor di Dieng Banjarnegara Hingga Tewaskan Satu Pekerja

Ini Kronologi Lengkap Gas Beracun Bocor di Dieng Banjarnegara Hingga Tewaskan Satu Pekerja

JAGA-JAGA: Petugas polisi bersenjata laras panjang menjaga pintu masuk Well Pad-28, kemarin (13/3). DARNO/RADARMAS BANJARNEGARA - Kebocoran gas beracun pada pipa gas PT Geo Dipa Energi (Persero) diduga disebabkan malfungsi atau tidak berfungsinya relief valve. Akibat kecelakaan ini, tujuh orang yang terpapar dirawat di rumah sakit. Sedangkan dua orang lainnya ikut dirawat karena kelelahan. Kecelakaan kerja ini terjadi di Well Pad-28, Sabtu (12/3). Direktur Utama PT Geo Dipa Energi (Persero) Riki Firmandha Ibrahim menjelaskan kronologi kejadian yang menggambarkan proses operasi workover sudah dibuat dan sedang dilengkapi. Pihaknya juga berencana mewawancarai para pekerja yang saat ini sedang menjalani perawatan di rumah sakit. Dugaan sementara, kebocoran disebabkan relief valve yang tidak berfungsi saat proses quenching atau mematikan sumur. Proses ini bertujuan untuk membersihkan sumur produksi panas bumi. Dalam operasinya, ada kotoran yang menempel. Semakin lama semakin banyak dan mengurangi kapasitas produksi listrik. Saat proses quenching, ada komponen yang bernama relief valve. "Relief valve itu ternyata tidak berfungsi. Ini yang sedang dicari (penyebabnya), kenapa tidak berfungsi," kata dia saat konferensi pers di Kantor PT Geo Dipa Energi (Persero) di Dieng, Minggu (13/3). Dalam proses quenching, air dari tangki dimasukkan ke dalam sumur melalui relief valve. "Inilah yang tidak berfungsi," terangnya. https://radarbanyumas.co.id/walhi-jateng-gas-beracun-di-dieng-bukan-kali-pertama/ Karena tidak berfungsi, menyebabkan air dari tangki tidak bisa disemprotkan ke dalam lubang sumur. Kondisi ini menyebabkan air berputar di dalam tangki atau siklusnya tertutup. JAGA-JAGA : Petugas polisi bersenjata laras panjang menjaga pintu masuk Well Pad-28, kemarin (13/3). DARNO/RADARMAS Di sisi lain, air panas dan gas dari sumur seharusnya tidak bisa masuk ke dalam tangki. "Apakah ada terbuka sedikit bersama gas H2S yang masuk ke dalam mud tank, kurang lebih seperti itu. Itulah yang saat ini sedang diinvestigasi lebih lanjut," ungkapnya. Dalam kecelakaan kerja ini, total ada sembilan orang yang menjadi korban. Satu diantaranya meninggal dunia. Tujuh korban terpapar dan dua orang karena kelelahan. Satu orang korban meninggal dunia yaitu Lilik Marsudi dengan posisi tool pusher (pejabat tertinggi di rig). Lilik Marsudi merupakan pekerja PT Bormindo yang diperkirakan meninggal dalam perjalanan menuju Puskesmas. Hingga Minggu (13/3), ada empat korban yang masih dirawat di RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo. Mereka yaitu Irfan (H2S Engineer) yang merupakan pekerja PT Fergaco (dirawat di ICU), dari keterangan dokter masih dalam pengawasan. Kedua, Sulthoni Amin (Rig Supt) yang merupakan pekerja PT Bormindo. Saat ini dia dirawat di ICU. Dari keterangan dokter sudah sadar dan sudah bisa diajak bicara, tetapi belum terlalu respon. Korban ketiga yaitu Sutrisho (Floorman) yang merupakan pekerja PT Bormindo (dirawat di ICU). https://radarbanyumas.co.id/satu-orang-tewas-akibat-gas-beracun-di-dieng-batur-banjarnegara-enam-orang-ke-rumah-sakit/ Dari keterangan dokter, kondisinya sudah membaik dan sudah bisa buang air kecil. Serta bisa diajak bicara dan merespon. Sedangkan korban lainnya yaitu Slamet (Acces Control) yang merupakan pekerja PT Bormindo. Dia saat ini diobservasi di ruang perawatan. JAGA-JAGA : Petugas polisi bersenjata laras panjang menjaga pintu masuk Well Pad-28, kemarin (13/3). DARNO/RADARMAS Riki mengatakan, Slamet bukan terpapar gas tetapi kelelahan fisik saat melakukan evakuasi. Korban lainnya saat ini sudah kembali ke rumah dan rawat jalan. Mereka yaitu Endang (H2S Engineer) yang merupakan pekerja PT Fergaco, Sutrisno (H2S Engineer), pekerja PT Fergaco dan Edi (Derrickman), pekerja PT Bormindo. Sedangkan Matthew yang merupakan paramedis (pekerja PT Bormindo), bukan terpapar tetapi kelelahan fisik saat melakukan evakuasi. Dikatakan, area di luar batas Pad-28 (lingkungan atau area publik) dalam kondisi aman dan tidak ada paparan H2S. Sedangkan di lokasi Pad-28 dilakukan olah TKP oleh Polres Banjarnegara dengan melibatkan Tim Gegana. Pada Minggu (13/3), di sekitar Pad-28 tidak terindikasi adanya gas H2S oleh alat detector (+/- 50m). Namun akan dipastikan dengan pengukuran di kepala sumur dan sekitar mud-tank (TKP), setelah mendapatkan izin masuk dari Kapolres Banjarnegara. Selain itu juga akan ditambahkan H2S detector di area publik yang terdekat dengan Pad-28. Kondisi paparan H25 di lokasi sumber dicek oleh Gegana Polda Jawa Tengah dengan Exam-7000 dan uji tekstur tanah dengan sertech diperoleh bahwa paparan H2S sudah aman dan konsentrasi H2S di bawah ambang batas, terukur 2,1 ppm dengan jarak 1 sampai 3 meter dari sumber paparan (discharge line relief valve). Sementara ambang batas normal udara bebas adalah 10 sampai dengan 15 ppm. Kapolres Banjarnegara AKBP Hendri Yulianto mengatakan, saat ini Polres Banjarnegara bersama penyidik masih melakukan penyidikan. "Saat ini kita masih menunggu hasil investigasi. Namun, kami tetap melaksanakan penyidikan," ungkapnya. Hasil penyidikan akan dikumpulkan dari pihak terkait. "Nanti kami akan memanggil pihak-pihak yang menyaksikan kejadian tersebut. Yakni orang-orang yang saat ini masih dirawat di rumah sakit, termasuk pihak pengawas. Sehingga nanti jelas, tidak simpang siur," tandasnya. (drn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: