Tangkap 3 Biksu yang Kabur Bawa Organ Tubuh Macan, Juga Sita Ramuan Obat dalam 20 Stoples

Tangkap 3 Biksu yang Kabur Bawa Organ Tubuh Macan, Juga Sita Ramuan Obat dalam 20 Stoples

Kuil-Wat-Pha-Luang-Ta-Bua BANGKOK – Bukti adanya ketidakberesan di Kuil Wat Pha Luang Ta Bua di Distrik Sai Yok, Provinsi Kanchanaburi, Thailand, terus ditemukan. Kemarin (2/6) tiga biksu dan dua umat Buddha ditangkap. Mereka diduga berusaha menyelundupkan kulit dan perhiasan yang terbuat dari bagian tubuh harimau untuk dibawa keluar dari kuil. Saat petugas dan ratusan anggota kelompok penyayang binatang sedang berusaha memindahkan harimau yang tersisa serta memeriksa setiap sudut kuil, sebuah mobil diam-diam meninggalkan lokasi. Petugas melihat ada yang tidak beres. Setelah dicegat, ternyata mobil berisi seorang biksu dan dua warga Buddha. Mereka memuat kulit harimau dan beberapa organ tubuh lainnya seperti taring. Dalam pengakuannya, mereka dibantu dua biksu lain. Mereka semua lantas ditangkap. Bukti baru itu kian menguatkan tudingan bahwa kuil tersebut bukanlah tempat yang aman bagi binatang karnivora itu, melainkan kamuflase untuk menutupi perdagangan ilegal atas binatang yang dilindungi tersebut. Apalagi, dalam pemeriksaan lanjutan kemarin, petugas gabungan juga mendapatkan temuan baru. Yaitu, stoples kaca yang berisi bayi harimau yang telah mati dan juga bagian tubuh harimau. Total ada 20 stoples yang ditemukan. ’’Stoples-stoples ini memiliki label. Jadi, saya pikir mereka membuat obat-obatan tradisional (berbahan harimau) di sini,’’ ujar Wakil Dirjen Departemen Taman Nasional Thailand Adisorn Nuchdamrong. Selama ini bagian tubuh harimau memang kerap digunakan untuk pengobatan tradisional di Tiongkok. Bisnis penyelundupan ilegal bagian tubuh harimau ke Negeri Panda tersebut memang menjanjikan. Sebab, harga jasad harimau sangat mahal. ’’Pencarian masih dilakukan dan kami yakin bakal menemukan lebih banyak lagi,’’ tambahnya. Sebelumnya tim yang terdiri atas pihak kepolisian, militer, dan Departemen Taman Nasional tersebut menemukan 40 ekor jasad bayi harimau yang dibekukan di freezer. Selain itu, terdapat jasad binturung dan berbagai potongan tubuh binatang lainnya. Tim gabungan menemukannya saat menggeledah bagian dapur. Jasad bayi-bayi harimau itu diperkirakan sebagai cadangan untuk selanjutnya dipakai sebagai ramuan obat-obatan. Kolonel Polisi Bandith Meungsukhum mengungkapkan, pihaknya akan menggelar tes DNA terhadap jasad para bayi harimau tersebut. Tujuannya, mengetahui apakah mereka memiliki hubungan dengan harimau-harimau dewasa yang ada di kuil tersebut. Dengan adanya bukti-bukti kuat di atas, Departemen Taman Nasional Thailand menyatakan bakal mengajukan tuntutan hukum terhadap pihak kuil. Para biksu yang mengoperasikan kuil tersebut bisa dituntut dengan dakwaan menyimpan jasad binatang langka tanpa izin. Tentu saja terbuka kemungkinan kasus tersebut diseret ke perdagangan binatang secara ilegal. Sebab, bukti yang mengarah ke sana sangat kuat. Selama ini Thailand memang dikenal sebagai pusat pasar gelap produk-produk binatang liar, termasuk di antaranya gading gajah. Tidak seperti sebelumnya, kali ini pihak kuil tidak berkomentar sama sekali. Sejauh ini sudah 84 harimau dewasa dipindahkan dari kuil tersebut ke dua penangkaran milik pemerintah di Provinsi Ratchaburi. Empat harimau sempat lepas dan makan ternak penduduk, tetapi sudah ditangkap kembali. Sejak dirazia Senin lalu (30/5), para biksu menolak memberi makan harimau-harimau yang masih berada di dalam kuil. Harimau yang sudah dipindahkan tidak akan dilepas ke alam liar. Sebab, mereka terlalu lama dikurung dan instingnya untuk berburu sudah lemah. ’’Mereka tidak akan bisa bertahan di alam liar,’’ ujar Asisten Direktur Lembaga Penyayang Binatang Thailand WFFT Tom Taylor. Sebelum razia itu, kuil Buddha tersebut merupakan salah satu destinasi wisata yang sangat terkenal bagi para turis asing. Pengunjung diminta membayar USD 20 (Rp 273 ribu) untuk masuk. Mereka harus membayar lagi dengan nominal yang sama untuk berfoto dan berjalan dengan singa maupun memberikan susu botol pada bayi singa. WFFT mengungkapkan, setiap tahun kuil tersebut menghasilkan setidaknya 100 juta baht atau setara dengan Rp 38,4 miliar. Itu tentu belum termasuk uang yang diberikan kepada para biksu secara sukarela. (Reuters/AFP/BBC/sha/c17/any)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: