Koper Terlambat Sampai, Kursi Roda Banyak yang Hilang, Problem Paling Ruwet Jemaah Haji Indonesia di Jeddah

Koper Terlambat Sampai, Kursi Roda Banyak yang Hilang, Problem Paling Ruwet Jemaah Haji Indonesia di Jeddah

JEDDAH- Pengelolaan koper dan kursi roda ternyata menjadi persoalan paling rumit dalam pelayanan jamaah haji tahun ini. Koper terlalu lama sampai ke tangan jamaah, sedangkan kursi roda banyak yang hilang. Padahal dua barang bawaan itu sangat krusial bagi para jamaah. Haji Indonesia "Sepertinya sudah perlu FGD (focus group discussion) untuk membahas masalah koper dan kursi roda ini. Banyak sekali keluhan," ujar Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Abdul Djamil dalam rapat koordinasi dengan para petugas haji di Bandara King Abdul Aziz Sabtu malam (27/8) waktu Arab Saudi atau Minggu (28/8) WIB dini hari. Saat para jamaah haji tiba di bandara-bandara Arab Saudi, mereka memang tidak langsung bisa bersama koper masing-masing. Koper dikumpulkan oleh perusahaan yang melayani masalah pengangkutan untuk dikirim ke bus. Namun tidak semua bus yang digunakan bisa menampung seluruh tas tenteng dan koper jamaah. Mayoritas bus angkutan Jeddah-Makkah yang disewa pemerintah Indonesia memang sudah kualitas up grade. Artinya di atas standar rata-rata angkutan jamaah haji. Namun Pemerintah Arab Saudi tetap mewajibkan penggunaan sebagian bus standar. Tujuannya agar perusahaan transportasi lama itu tidak kolaps. Akibatnya, ada bus lama milik perusahaan Abu Sarhad yang tetap digunakan jamaah haji Indonesia. Bus tersebut belum dilengkapi bagasi bawah. Akibatnya tidak bisa mengangkut koper jamaah secara keseluruhan. Bahkan pernah koper tiga kloter tidak bisa terangkut ke pemondokan. "Saya sudah keliling Madinah dan Makkah. Tidak da keluhan soal katering, transportasi, dan kualitas hotel. Tapi mereka mengeluh soal pengiriman barang bawaan, khususnya koper dan kursi roda," ujarnya. Karena itu, dia meminta para perumus mekanisme layanan di PPIH memikirkan cara gar barang bawaan itu bisa lansung bersama para jamaah begitu mendarat di tanah suci. Problem kursi roda juga menjadi sangat krusial. Khususnya di Bandara Pangeran Muhammad bin Abdu Aziz Madinah. Pengelola bandara tidak mengizinkan pengangkutan kursi roda disatukan dengan koper. Akibatnya sering kali kursi roda jamaah menumpuk di bandara karena tidak dilangkapi nama. "Petugas kami selalu kesulitan mengirim kursi roda ke para pemiliknya. Selalu saja tidak ada identitas lengkap, seperti nama dan nomor kloter di kursi roda itu," ujar Kepala Daerah Kerja Airport PPIH Arab Saudi Nurul Badruttamam. Bahkan pernah muncul keluhan atas nama Sunarjatin, jamaah kloter 23 embarkasi Jakarta Bekasi yang beberapa hari belum menerima kursi roda untuk ibunya sejak mendarat di Madinah. Akibatnya, orang tua jamaah tersebut kesulitan menjalani ibadah. Di laporan keluhan itu juga dicantumkan bahwa 10 jamaah di kloter yang sama juga belum menerima kursi roda. "Memang akhirnya bisa kami atasi. Tapi untuk kondisi yang mendesak, jika ada yang kehilangan kursi roda dan terlalu lama di temukan, kursi roda tim kesahatan diikhlaskan untuk mereka. Sudah dianggarkan," ujar Nurul. Dia menambahkan, selama ini di setiap kloter jamaah haji memang selalu ada barang bawaan berupa kursi roda. Paling banyak mencapai 33 kursi roda. Mayoritas tidak dilengkapi identitas lengkap. Kalau pun ada identitas, itu hanya sebatas nama. "Kadang terpaksa kami hanya main feeling. Kalau tertulis nama berbau Indonesia, kursi roda langsung kami angkut. Takut dibawa petugas dari negara lain," ujar Kasi Perlindungan Jamaah Rijal Kani. Dirjen PHU Abdul Jamil mengungkapkan, pemantauaan kursi roda di Kantor Misi Haji Indonesia Madinah. Dia pernah mendapati kursi roda berbendera Malaysia berada di kantor tersebut. "Itu pasti bukan milik kita. Ternyata sudah dipakai untuk menolong jamaah-jamaah kita. Yang semacam itu jangan sampai terulang," katanya. Untuk langkah terdekat, dia meminta ada koordinasi dengan tim pemberangkatan di tanah air. Minimal setiap kursi roda diberi nama dan nomor kloter agar bisa dikirim dengan tepat ke pemondokan di Arab Saudi. Abdul Djamil juga meminta nomor call center dan whatsapp center yang sudah ada segera disosialisasikan dan ditempelkan di tempat-tempat yang dekat dengan jamaah. (*/oki)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: