Rencana Bioskop Mau Dibuka di Banyumas, Ahli Epidemiologi: Akan Sangat Riskan, Harus Ketat
dr. Yudhi Wibowo, Ahli Epidemiologi Lapangan (Field Epidemiology) Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto PURWOKERTO - Bioskop rencananya akan dibuka. Rencana itu bukan kali pertama. Sebelumnya juga sudah pernah direncanakan. Tapi berujung wacana. Nantinya jika buka pengunjung bioskop, akan terapkan pembatasan. Soal itu Ahli Epidemiologi Lapangan (Field Epidemiology) Unsoed Purwokerto, dr. Yudhi Wibowo punya pandangan. Menurutnya rencana itu akan sangat riskan. "Bioskop lebih berisiko karena kegiatan didalam ruang tertutup, ber-AC dan tanpa jendela. Meskipun jumlah kapasitas dibatasi, namun dalam ruangan tertutup ber-AC dalam waktu lama cukup berisiko," katanya. https://radarbanyumas.co.id/bioskop-mau-buka-kepala-dinporabudpar-harus-ada-pengajuan-dari-pengelola/ Lanjut, jika mengacu ketentuan PPKM mikro ia pertanyakan apakah bioskop masuk kriteria kegiatan esensial? "Kalau tidak memenuhi kriteria tersebut, maka tentunya belum diizinkan untuk buka. Tapi kalau ada pertimbangan lain, itu sudah domain penentu kebijakan dalam hal ini pimpinan daerah," terangnya. Protokol kesehatan ia jadikan sorotan utama. Penerapan protokol kesehatan harus ketat. Itu tidak bisa ditawar. "Prinsip harus patuhi prokes secara ketat. Ibarat pakai motor itu berisiko, tapi bukan berarti dilarang pakai motor, tapi patuhi ketentuan safety riding. Kurang lebih begitu analoginya, meski berbeda konteks," jelasnya. Ia sampaikan, kegiatan bioskop bukan merupakan kegiatan esensial. Ia berpandangan, sebaiknya pembukaan bioskop ditunda dulu. "Selain itu karena kegiatan berada di ruangan tertutup dan ber-AC dan dalam waktu lama, ini lebih berisiko. Jika akan diizinkan dibuka, maka perlu dipertimbangkan bagaimana adaptasi atau modifikasi ruangan apakah mungkin udara bisa bersirkulasi dengan baik. Kapasitas harus dikurangi, tetap taat prokes, dan monev berkelanjutan," tuturnya. Risiko yang paling mungkin terjadi ia katakan, adalah akan ada klaster bioskop. Ia tekankan, selain kapasitas dibatasi, harusnya dipikirkan bagaimana sirkulasi udara dalam ruangan bioskop tersebut. "Ya memang agak sulit nantinya untuk ditelusuri, bisa kemungkinan muncul klaster bioskop. Disini data pengunjung sebaiknya kalau bisa tercatat, jadi nanti bisa ditracking dan ditracing," pungkasnya. (aam)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: